REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah dilakukan penutupan selama dua bulan, masjid-masjid di Arab Saudi akhirnya kembali dibuka. Namun, setelah dua hari dibuka dilaporkan ada sebanyak 643 pelanggaran terkait pencegahan virus Covid-19, tepatnya pada Ahad dan Senin lalu.
Dilansir dari Suadigazette, pelanggaran yang dilaporkan tersebut berasal dari 1.026 panggilan telepon warga Arab Saudi yang diterima Unified Call Center, layanan didirikan Kementerian Urusan Islam Arab Saudi.
Layanan ini digunakan untuk menerima pertanyaan, laporan dan saran tentang langkah-langkah pencegahan untuk memerangi pandemi. Ratusan pelanggaran tersebut telah dilimpahkan ke cabang-cabang pelayanan di daerah masing-masing Kerajaan Arab Saudi untuk diproses.
Dari 643 pelanggaran, 383 pertanyaan diproses dan dijawab, dan tim pusat kemudian menindaklanjuti pemrosesan laporan yang diterima dengan otoritas yang kompeten.
Sebagian besar panggilan itu ditujukan untuk melaporkan pelanggaran, seperti kerumunan, ketidakpatuhan terhadap peraturan jarak sosial, tidak memakai masker wajah, tidak tersedianya sterilisasi dan pembersih, tidak membuka pintu dan jendela, tidak menutup kamar kecil, dan beberapa orang tidak mematuhi aturan jeda waktu 10 menit antara adzan dan iqamat.
Kementerian Urusan Islam Arab Saudi menegaskan bahwa peran warga negara sangat penting untuk melaporkan segala pelanggaran yang dilakukan terhadap tindakan pencegahan Covid-19.
Mereka menegaskan bahwa upaya itu akan memudahkan pemerintah untuk menangani semua laporan yang diterimanya secepat mungkin.
Masjid di Arab Saudi kembali dibuka pertama kalinya untuk jamaah sejak Ahad (31/5) lalu. Pembukaan masjid dilakukan setelah lebih dari dua bulan mematuhi aturan pembatasan guna menekan laju penularan Covid-19.
Kementerian Urusan Islam Arab Saudi juga telah menetapkan beberapa pedoman wajib ketika masjid dibuka kembali untuk sholat harian, termasuk sholat Jumat. Kerajaan itu perlahan-lahan melonggarkan langkah-langkah tegas pencegahan wabah Covid-19.