REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengimbau Muslim AS di Arab Saudi tak melaksanakan haji. Hal itu sesuai keputusan CDC yang menetapkan status waspada level 3 sejak akhir Juni lalu.
Kerajaan Arab Saudi memutuskan mengadakan haji terbatas tahun ini. Hanya mereka yang bermukim di Arab Saudi boleh berhaji baik itu warga lokal atau WNA. Warga AS yang tinggal di Arab Saudi pun sebenarnya punya izin menunaikan haji.
Jamaah haji asal Amerika biasanya mencapai 11 ribu orang. Namun CDC menyatakan kegiatan berkumpul seperti berhaji dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19. CDC memandang pembatasan jarak sosial sulit diterapkan ketika menunaikan haji.
CDC memang mengakui upaya luar biasa Arab Saudi dalam menangani Covid-19. Arab Saudi bahkan sanggup menggelar 45 ribu tes Covid-19 per hari guna memantau warga di seantero negeri. Tapi hal itu tak lantas membuat CDC mencabut peringatan level 3.
"Berhajilah di waktu yang tidak ramai. Lansia dan orang yang punya riwayat penyakit serius berisiko tinggi tertular Covid-19. Jika sakit saat berhaji maka Anda perlu ke rumah sakit, tapi sumber daya medis mungkin terbatas," tulis laporan CDC dilansir dari Vax Before Travel, Kamis (2/7).
CDC menjelaskan jika warga AS di luar negeri menderita Covid-19 maka berpeluang tak diizinkan kembali ke AS, kecuali bila sudah sembuh. Kemungkinan lainnya, mereka wajib menjalani isolasi selama 14 hari usai menginjak tanah Amerika.
"Hindarkan kontak dengan hewan. Ikuti prosedur kesehatan disana. Gunakan alat sekali pakai dan bersih dalam ritual cukur rambut," ujar laporan CDC.
CDC mengingatkan jamaah haji Amerika selalu ingat pintu masuk dan keluar saat di Masjidil Haram agar terhindar dari keramaian. Mereka juga sepatutnya selalu menjaga dokumen supaya tak hilang.