REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari raya Idul Adha atau disebut juga hari berkurban merupakan hari besar umat Islam. Pada hari tersebut umat Muslimin menyembelih hewan untuk kemudian dibagi kepada masyarkat.
Kepala Sekolah SD Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur’an Bandung, Jawa Barat Ustazah Lilis Yulistiawati, mengatakan, hewan ini disembelih dengan tujuan pendekatan diri kepada Allah SWT. Itulah alasan kenapa hari ini
juga sering di sebut Hari Raya Qurban.
Ustazah Lilis menerangkan, kata qurban dalam bahasa Arab berasal dari kata qaruba (qaf, ra’, dan ba’) yang berarti dekat. Penambahan "an" pada akhir kata memberik makna lebih dekat, sangat dekat. "Di sinilah indahnya, pemilihan kata qurban untuk hewan yang kita sembelih," katanya saat menyampaikan tausiyah virtualnya.
Ia menuturkan, hewan yang kita sembelih itu supaya mempunyai makan sembelihan yang diniatkan untuk kedekatan kita kepada Allah. Maka tidak berlebihan, kata dia kalau Idul Adha ini kita sebut adalah perayaan kedekatan kita kepada Allah SWT.
Hari Raya Qurban identik dengan kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim alaihi salam dalam membuktikan ketaatan dan kecintaan beliau kepada Allah SWT. Di alah Nabiyullah Ibrahim as. Di dalam QS al-Shafat ayat 102, Allah SWT mengisahkan bagaimana Ibrahim as., dengan sepenuh keimanan, tanpa sedikit pun keraguan, menunaikan perintah Tuhannya menyembelih putra tercintanya, Ismail AS.
"Keimanan akan mengantarkan kita kepada kepasrahan total kepada Allah SWT," katanya
Keadaan ini kata Ustazah Lilis dicontohkan dengan kisah Nabi Ibrahim dan keluarga yang kemudian menjadi Syariat Haji dan kurban bagi kita umat Muhammad saat ini. Kisah keimanan dan kepasrahan total kepada Allah
dimulai ketika Nabi Ibrahim bersama sayyidah Hajar diperintahkan pergi ke Makkah sebuah tempat yang gersang tidak ada apapun.
Ketika itu kata Ustazah Lilis, tatkala Ismail menangis kehausan, sayyidah
Hajar berlari kecil dari bukit Shafa dan Marwah sebagai bentuk ikhtiyar terbaik yang mungkin dilakukan. Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam bentuk ritual ibadah sa’i dalam haji.
Puncaknya adalah tatkalah Nabi Ibrahim diuji untuk menyembelih putra yang paling disayanginya. Pada proses penyempurnaan iman kepada Allah SWT itu syetanpun mengganggu Nabi Ibrahim.
Namun ketakwaannya itu Nabi Ibrahim kemudian melempar dengan
batu. Pelemparan ini kemudian kita kenal dengan lempar jumrah dan pada akhirnya ujian keimanan dan kepasrahan ini diganti dengan seekor kambing besar oleh Allah.
"Dan ibadah ini sekarang kita rayakan dengan sebutan hari raya idul adha atau hari raya qurban," katanya.
Ustaz Lilis menyarankan, kisah ketaatan seorang hamba ini selayaknya menjadi ibrah bagi umat Islam. Sebab bukankah Allah SWT pun telah berfirman dalam surah Ali-Imran yang artinya.
"Sekali-kali kalian tidak akan sampai pada kebajikan sebelum kalian menginfakkan harta (di jalan Allah) yang paling kalian cintai," katanya.
Nabiyullah Ibrahim as. telah membuktikan hal itu. Bukan hanya harta, bahkan nyawa putra semata wayangnya yang kepada dia tertumpah segenap cinta dan kasih sayangnya, telah ia persembahkan dengan penuh keyakinan kepada Allah. Zat Yang lebih ia cintai dari apapun.
Karena itu kata Ustazah Lilis kita bisa mengambil ibrah dari keteladanan Nabiyullah Ibrahim as. dari besarnya cinta, ketaatan dan pengorbanannya kepada Allah SWT. Cinta, ketaatan dan pengorbanan Ibrahim kepada Allah SWT ini kemudian diteruskan secara sempurna, bahkan dengan kadar yang istimewa, oleh Baginda Rasulullah saw.