Jumat 10 Jul 2020 12:47 WIB

Ke Italia, Menikmati Suasana Kanal Kuno Venezia

Beginilah rasa ke kota pelabuhan tua Venezia

Tambatan perahu sebelum masuk ke kanal pelabuhan tua Venizia, di Italia.
Foto:

Setelah semua beres kami pun masuk. Rupanya kami masih harus naik perahu lagi ke untuk sampai pelabuhan Venezia kuno yang menjadi buruan para turis. Perjalanan laut itu kami tempuh sekitar 20 menit dengan memakai perahu cepat. Dn itu pun harus antrai. Maka kami harus menunggu sekitar 30 menit untuk bisa menyeberang.

Selama sekitar jam kami harus menungg antrean ke pelabuhan atau kota tua Venezia. Selama waktu menunggu kami manfaatkan untuk jalan-jalan melemaskan kaki.  Anehnya, ketika berjalan di dekat kios souvenir kami dikejutkan dengan kata sambutan berdialek Melayu: “Apa kabar. Sini. Mari sini. Murah..murah!’’

Sesaat kami kebingungan sebab taka da wajah Melayu di sekitar kami. Semua serba asing. Namun, setelah itu sang empu pemilik teriakan ke luar dari kiosnya. Ternyata dia orang Pakistan. Tinggi dan besar badannya.

‘’Malaysia. Kuala Lumpur?,’’ katanya.

Saya jawab dengan menggeleng.’’No. Indonesia. Jakarta.’’

‘’Aha Jakarta. Saya tahu. Saya pernah kerja di Kuala Lumpur. Kini saya dagang di sini, Memang sangat jarang orang Indonesia ke Venezia,’’ kata dia dalam bahasa Inggris.

Saya ketawa nyengir saja. Sebab, apa yang didagangkan beberapa barangnya mirip sekali dengan souvenir yang di jual di Makkah atau Madinah. Terlihat banyak sekali barang-barang buatan China. Bahkan di situ ada boneka yang bisa bicara, bedanya kalau di Arab boneka unta di sana boneka sejenis ‘Barbie’ yang berambut pirang.

Perché Venezia si chiama la Serenissima? - Kori Restaurant ...

Nah, ketika keliling took souvenir itu saya terasa ingin sekali buang air kecil. Maka toilet pun dicari. Untung saya sudah sediakan koin pakai dolar sebab untuk bisa toilet harus pakai uang koin dolar AS.

Anda pengin tahu berapa tariff untuk kencing di Venezia? Ternyata sampai tiga dolar AS. Kalau mandi sampai enam dolar AS.

Di situlah saya garuk-garuk kepala ketika otak kemudian mengkonversikan uang itu ke rupiah. Gila untuk kencing saja hampir Rp 50 ribu, dan mandi bisa sampai Rp 70 ribu.

“Mahal amat,’’ gerutu saya dalam hati sembari berkata tiga dolar itu ternyata uang receh di Eropa. Apalagi bila kemudian membayangkan bahwa ongkos hidup orang Indonesia sehari bila tidak dikategorikan miskin itu hanya sepuluh dolar saja.''Jadi hanya sekali untuk kencing dan mandi di Venezia,'' guman saya.

Tapi karena terpaksa dan tak tahan lagi akhirnya kencing juga di toilet itu juga. Dan saya merasa memang beda suasanya dengan toilet di stasiun kereta api Gambir, Senen, atau Stasiun Jogja sekalipun. Toilet suasana terasa nyaman. Tersedia peralatan dengan baik dari tisu sampai sabun cair hingga air panas.

Akhirnyan sembari ke luar toilet dan terus garuk kepala meski tak gatal, saya hanya bisa mengguman.’’Ini Venezia bung, Bukan Indonesia, Jakarta, Jogja apalagi Medan. Semua bisa murah, murah, murah...!"

------------

*Bersambung besok: Komplek sekitar San Marco, Venezia, yang kebanjiran dan air kanal yang bau..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement