Senin 20 Jul 2020 23:56 WIB

Stafsus Menkes: 3 Langkah Mempersiapkan Haji di Era Covid-19

Trend usia jamaah haji Indonesia 70 persen dengan katagori resiko tinggi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Stafsus Menkes: 3 Langkah Mempersiapkan Haji di Era Covid-19. Foto: Petugas menyuntikkan vaksin saat pemeriksaan dan pembinaan kesehatan Calon Jemaah Haji di Puskesmas Merdeka Palembang, Sumsel, Senin (24/2/2020).
Foto: Antara/Feny Selly
Stafsus Menkes: 3 Langkah Mempersiapkan Haji di Era Covid-19. Foto: Petugas menyuntikkan vaksin saat pemeriksaan dan pembinaan kesehatan Calon Jemaah Haji di Puskesmas Merdeka Palembang, Sumsel, Senin (24/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- lmuwan University of Minnesota memprediksikan bahwa Covid-19 akan berlangsung antara 18 dan 24 bulan. Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan sebagai penyelenggara haji harus memiliki strategi bagaimana menyelenggarakan ibadah haji di tengan pandemi. 

"Sederhana saja In case (kalau-kalau), Covid-19 memanjang sampai tahun depan, maka pemerintah harus siap dengan musim haji di era Covid-19," kata fungsional ahli analis kebijakan ahli utama Kementerian Kesehatan Siswanto saat dihubungi, Senin (21/7).

Menurutnya bisa saja hasil riset para ilmuwan University of Minnesota benar adanya, yang memprediksikan bahwa Covid-19 akan berlangsung antara 18 dan 24 bulan. Untuk itu pemerintah harus memiliki strategi oprasional haji yang kental dengan nuansa kesehatan. "Kalau melihat trend dan situasi yang sekarang bisa jadi kita tetap hidup dengan Covid-19 sampai dengan tahun depan," katanya.

Siswanto yang juga pernah menjabat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes mengatakan, jika haji tahun depan diselenggarakan di era Covid-19,maka harus melakukan beberapa langkah. Ada tiga langkah yang mesti diperhatikan para penyelenggara haji baik oleh pemerintah maupun swasta. "Pertama persyaratan yang boleh berangkat harus lebih ketat," katanya.

 

Memperketat persyaratan penting, sehingga faktor resiko penyakit yang diderita jamaah dapat dikendalikan. Apalagi trend usia jamaah haji Indonesia 70 persen dengan katagori resiko tinggi (Risti).

Langkah kedua menerapan protokol kesehatan untuk jamaah diterapkan dengan adecovkuat dan disiplin. Ketiga pelayanan kesehatan jamaah juga harus antisipasi kasus Covid-19. 

"Adekuat tentu dari sisi ruang lingkup protokol covid. Di antaranya pakai masker,  cuci tangan dan jaga jarak," katanya. 

Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular (CIDRAP)pandemi ini bertumpu pada kekebalan kelompok. Artinya, mengacu pada resistensi masyarakat luas terhadap penyebaran penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar orang kebal, baik melalui vaksinasi atau sudah pernah terpapar sebelumnya.

“Panjang pandemi kemungkinan akan (berlangsung) 18 hingga 24 bulan karena kekebalan kelompok secara bertahap akan berkembang dalam populasi manusia,” tulis laporan tersebut.

Dalam penelitian ini, para ahli mengamati delapan pandemi influenza utama yang berasal dari tahun 1700 an serta data tentang virus corona baru untuk membantu memperkirakan bagaimana Covid-19 dapat menyebar selama beberapa bulan dan tahun mendatang.

Dari delapan pandemi flu terakhir, para ilmuwan mengatakan tujuh flu memiliki puncak substansial kedua, sekitar enam bulan setelah yang pertama terjadi. Selain itu, beberapa flu memiliki gelombang kasus yang lebih kecil selama dua tahun, setelah wabah awal muncul.

Hasil penelitian menjelaskan pencabutan pembatasan sosial bisa dilakukan jika sekitar 60 sampai 70 persen populasi sudah memiliki kekebalan. “Mengingat penularan SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan Covid-19), maka 60-70 persen populasi mungkin perlu kekebalan untuk mencapai ambang kritis kekebalan kelompok untuk menghentikan pandemi ini.”

Hasil lainnya menyebut diperlukan waktu untuk dapat mencapai titik kekebalan. Sayangnya, saat ini data dari hasil tes darah baru menunjukkan hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan populasi yang telah terinfeksi.

Laporan tersebut juga menjabarkan beberapa skenario yang mungkin terjadi, termasuk skenario di mana gelombang penyakit yang lebih besar dapat terjadi pada musim gugur atau musim dingin pada 2020. Skenario lainnya, ada kemungkinan gelombang sakit yang lebih kecil, terjadi pada 2021.

Para peneliti mengatakan model itu mirip dengan pola yang terlihat pada 1918 di Spanyol. Saat itu, pandemi flu membutuhkan sejumlah langkah mitigasi pada musim gugur, dalam upaya menekan penyebaran infeksi dan mencegah sistem kesehatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement