REPUBLIKA.CO.ID,GUNUNG KIDUL --Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan omzet penjualan hewan qurban mengalami penurunan 50 persen karena merosotnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Kabiro Administrasi Perekonomian dan SDA DIY Ni Made Dwipanti mengatakan ada penurunan tingkat penjualan hewan qurban pada tahun ini, dibandingkan Idul Adha sebelumnya. "Penurunannya kalau secara persentase, dibandingkan tahun lalu juga tak terlalu signifikan. Tidak sampai 50 persen," kata Dwipanti saat meninjau Pasar Hewan Siyono Harjo, Rabu (22/7).
Ia mengatakan penurunan ini bisa dilihat dari persediaan hewan ternak yang lebih tinggi dari permintaan saat ini. Daya beli masyarakat yang turun akibat pandemi, jadi salah satu faktor penyebab. "Penurunannya kalo secara persentase, dibandingkan tahun lalu juga tak terlalu signifikan. Tidak sampai 50 persen," kata Dwipanti.
Sementara itu, Kabag Perekonomian dan SDA, Setda Gunung Kidul Elvita Dewi Wahid mengakui adanya penurunan hewan kurban di sejumlah pasar hewan di Gunung Kidul. "Itu bisa dilihat dari situasi di pasar hewan yang cenderung padat. Meski pendapatannya hanya 50-60 persen dibanding tahun lalu," kata Dewi.
Ia mengatakan biasanya, dalam kondisi normal tidak ada pandemi Covid-19, transaksi hewan ternak menjelang Idul Adha tetap ramai. Meski ada penurunan pendapatan, ia mengatakan para penjual sudah cukup menerima dengan hasil tersebut.
"Kami optimistis transaksi hewan ternak, baik jelang Idul Adha atau hari-hari biasa, mampu bertahan di tengah situasi saat ini. Apalagi mengingat Gunung Kidul merupakan wilayah distribusi hewan ternak terbesar di DIY," katanya.