REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kimia Farma Dawaa, anak usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk, tetap berfokus terlebih dahulu mengembangkan bisnisnya di wilayah barat Arab Saudi dalam rangka meraih target pasar atau market paling menguntungkan di negara tersebut yakni peziarah haji dan umroh.
Deputi GM Kimia Farma Dawaa, Ida Rasita mengatakan saat ini Kimia Farma Dawaa telah memiliki 19 apotek, di mana anak usaha BUMN ini berfokus terlebih dahulu di wilayah barat Arab Saudi yakni Madinah, Makkah, Jeddah dan Thaif.
"Daerah-daerah ini merupakan daerah yang selalu didatangi oleh para peziarah umroh dan haji sepanjang tahun. Di daerah-daerah inilah, sumber keuntungan sangat banyak berputar," ujar Ida Rasita dalam diskusi daring Indonesia Muda Club di Jakarta, Jumat (24/7).
Tujuan Kimia Farma melakukan melakukan ekspansi ke luar negeri, mengingat sebelumnya Kimia Farma sudah memiliki perusahaan trading atau ekspor barang dan sekarang ingin membawa entitas bisnisnya ke pasar global.
"Kenapa Arab Saudi? Karena di sini kita memiliki dua pasar atau market yang disasar Kimia Farma, pertama market Arab Saudi dan target pasar kedua yang sangat menggiurkan adalah market haji serta umroh," kata Ida Rasita.
Market haji dan umroh merupakan pasar yang tidak pernah berhenti bergulir, dan di dalamnya terdapat warga Indonesia juga yang setiap tahunnya selalu nomor satu dalam hal haji dan umroh. Ekspansi Kimia Farma ke Arab Saudi dalam rangka mencoba menangkap market di sana sekaligus Kimia Farma hadir bagi warga Indonesia di Arab Saudi.
"Jadi kita masuk di wilayah barat Arab Saudi dulu dan belum masuk ke daerah Riyadh dan wilayah timur Arab Saudi di mana kota-kota produsen minyak berada," kata Deputi GM Kimia Farma Dawaa tersebut.
Bisnis yang dijalankan Kimia Farma di Arab Saudi ada dua, yakni perdagangan besar serta ritel di mana Kimia Farma membuka apotek Kimia Farma Arab Saudi.
Kehadiran Kimia Farma di Arab Saudi juga berperan sebagai bagian dari rantai pasok bagi BUMN Indonesia terutama dalam hal produk-produk kesehatan.
Arab Saudi secara ekonomi ternyata mengandalkan Ziarah haji dan umroh sebagai tulang punggung perekonomian negara tersebut, bahkan di tahun 2030 Arab Saudi ingin haji dan umroh sebagai andalan utama perekonomian mereka.
Arab Saudi menyadari bahwa saat ini komoditas minyak akan ditinggalkan dan dunia siap menyambut kehadiran mobil listrik. Melihat situasi global tersebut, Arab Saudi kemudian beralih ke turisme yang ingin mereka kembangkan.
Kendati pandemi Covid-19 saat ini memengaruhi sektor umroh dan haji, Arab Saudi tetap memiliki rencana untuk memperluas sektor ziarah haji dan umroh ini ketika pandemi ini usai dan vaksin telah ditemukan serta didistribusikan.