REPUBLIKA.CO.ID,KARACHI -- Setiap tahun, ratusan warga Pakistan mengunjungi toko Shaikh Rafi di MA Jinnah Road Karachi. Mereka sibuk membeli sajadah maupun jubah ihram menjelang ziarah haji tahunan ke Makkah.
Namun, pemandangan tersebut tak lagi terlihat tahun ini. Sejak Arab Saudi mengumumkan pelaksanaan haji 2020 akan dilakukan terbatas untuk mencegah penyebaran Covid-19, Rafi menghabiskan hari-harinya membersihkan debu dari barang-barang yang tidak terjual, sembari menunggu dengan cemas para pelanggan yang tidak pernah datang.
"Ini adalah rutinitas kami sejak beberapa bulan terakhir," kata Rafi, penjual sajadah dan jubah ihram yang dikenakan peziarah Muslim di tokonya di Pasar Allahwala, Karachi, dilansir di Arab News, Ahad (26/7).
Biasanya, sekitar 2,5 juta Muslim secara global melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya. Di antara mereka, 180.000 jamaah berasal dari Pakistan.
Namun, sejak Arab Saudi memutuskan membatasi jamaah hanya untuk mereka yang tinggal di Kerajaan, industri haji Pakistan harus merugi hingga 160 miliar rupee atau Rp 31 triliun. Rafi merupakan salah satu dari sedikitnya 5.000 usaha kecil yang terkena dampak di Karachi.
"Karena keputusan Kerajaan untuk menangguhkan penerbangan Umrah dan membatasi haji, hampir semua bisnis terkait dua ibadah itu mengalami penjualan terburuk," kata Rafi.
Ia menyebut banyak pedagang tetap memutuskan untuk membuka toko, dengan harapan ada seorang pembeli yang datang. Namun, harapan ini berakhir sia-sia dengan tanpa pelanggan.
Dalam keadaan normal, orang-orang biasa membeli sajadah dan topi, sebelum atau setelah melakukan haji atau umrah. Barang-barang ini digunakan sebagai hadiah untuk kerabat dan teman-teman jamaah haji maupun umrah.
Salah satu pedagang grosir karpet dan topi, Muhammad Rizwan, menyebut kebijakan kuncian yang berlaku membuat industri ini menjadi mati.
Sementara itu, para pedagang juga mengatakan bisnis tidak hanya menderita karena kurangnya penjualan tetapi juga pembayaran yang tertunda.
"Tidak ada bisnis selama sekitar lima bulan terakhir dan pembayaran kami macet dengan pengecer dan pemilik toko yang membeli secara kredit," ujar pemasok grosir ihram, Muhammad Hanif Katlia.
Ia mengatakan banyak penjaga toko yang gagal bayar dan belum membayar sewa. Di luar itu, banyak pula yang melarikan diri tanpa membayar iuran.
Beberapa unit produksi untuk industri Haji dan Umrah telah ditutup sepenuhnya, sehingga banyak pekerjaan yang harus dibayar. Sementara, banyak bisnis telah berpaling untuk memproduksi barang-barang lainnya.
Produsen pakaian ihram dan produk Haji lainnya, Jannat Gul, mengtakan produksi telah berhenti selama lima bulan terakhir. Pihaknya juga memutuskan untuk memberhentikan kontrak beberapa pekerjanya.
"Tidak ada jual beli atau peminjam membayar iuran sejak Umrah ditangguhkan karena Covid-19," kata dia.
Keputusan Arab Saudi tidak mengizinkan jamaah haji dari luar negeri tampaknya menjadi yang pertama terjadi di zaman modern. Menurut Kementerian Urusan Agama dan Harmoni Antar Agama Pakistan, yang mengawasi pengaturan haji, 179.210 orang Pakistan telah terdaftar untuk hadir tahun ini. 71.684 orang melalui operator tur pribadi dan 107.526 melalui paket yang lebih murah, yang didukung pemerintah.