REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Sebagai alat tukar, uang menjadi suatu hal yang penting ketika mengunjungi negara lain yang memiliki mata uang berbeda. Oleh karena itu, perlu kiranya membawa uang negara setempat dengan cukup ke negara yang dikunjungi.
Jika sewaktu-waktu uang lokal tersebut habis, money changer atau bank setempat memang bisa menjadi alternatif. Namun demikian, bagaimana jika saat mengunjungi lokasi penukaran mata uang itu terkendala bahasa nasional yang berbeda jauh?. Utamanya Arab, sebagai negara tujuan mayoritas warga Indonesia untuk keperluan ibadah setiap tahunnya atau kunjungan lain-lain.
Mengutip buku Percakapan Bahasa Arab Untuk Perjalanan Haji dan Umrah oleh Chatibul Umam, disebutkan percakapan dasar ketika hendak menukarkan rupiah di Arab Saudi.
Penukar : Shabâl khair/ Selamat pagi.
Pegawai : Shabâhan nûr, îsy bik?/ Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?
Penukar : Abghî ashrif al-fulûs/ Saya mau menukarkan uang.
Pegawai : Fulûs naqd walâ syîk, rûbiyah walâ dûlar?/ Uang tunai atau cek, rupiah atau dolar?
Penukar : Abghî fulûs rûbiyah ilâ riyâl/ Saya mau menukarkan uang rupiah menjadi real.
Pegawai : Kam rûbiyah?/ Berapa jumlahnya?
Penukar : Mi ah alf rûbiyah bikam riyal?/ Seratus ribu rupiah, dapat berapa real?.
Pegawai : Khamsûn rîyal/ Lima puluh real.
Penukar : Hâdzihi al-fulûs/ Ini uangnya.
Pegawai : Hâsib hâdzihi/ Silahkan hitung ini.
Penukar : Thayyib, syukran/ Baik, terima kasih.