Rabu 29 Jul 2020 13:02 WIB

Momentum Mengenali Diri Saat Wukuf di Arafah

Jamaah haji yang mengalami sakit parah sekalipun tetap harus melaksanakan wukuf

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wukuf di Arafah tagun 1935.
Foto: gahetna.nl
Wukuf di Arafah tagun 1935.

REPUBLIKA.CO.ID, Kaum Muslimin yang hendak melakukan ritual haji akan melakukan Wukuf di Arafah pada Kamis (30/7) besok atau 9 Dzulhijjah 1441 H.

Wukuf adalah rukun haji yang terpenting. Sampai-sampai, Nabi Muhammad SAW bersabda, di Al Hajju Arafah yang artinya Haji itu Arafah. Ini menunjukkan betapa pentingnya wukuf di Arafah. 

Jamaah haji yang mengalami sakit parah sekalipun tetap harus melaksanakan wukuf di Arafah demi keabsahan ibadah haji. Kata Arafah dalam bahasa Arab berasal dari Arafa yang bermakna mengetahui, mengenal, atau mengenali. Karena itu menurut Sekretaris Jenderal Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ustaz Ahmad Khusyaeri, wukuf di Arafah dapat dimaknai sebagai mengenal diri. 

"Ritual wukuf di Arafah, dapat dimaknai oleh setiap muslim sebagai momentum untuk arafa nafsahu, mengenal diri masing-masing, dari apa dan untuk apa ia diciptakan oleh Allah," kata ustaz Ahmad Khusyaeri kepada Republika.co.id, pada Rabu (29/7). 

 

Menurut dia, dengan pengenalan diri yang kuat dapat menjauhkan manusia dari sifat sombong, takabur dan egois. Pengenalan diri yang baik dapat memotivasi seseorang untuk tampil menjadi manusia yang amanah dan memiliki tanggungjawab atau mas'uliyah.

Karena itu, Ustaz Ahmad menjelaskan, wukuf di Arafah bagi jamaah haji maupun non jamaah haji, keduanya dianjurkan untuk memanfaatkannya sebagai ritual penguatan sisi spiritual. Bagi jamaah haji menurutnya, selama wukuf di Arafah hendaknya memperbanyak istighfar, dzikir dan doa serta menangisi dosa-dosa dan mengharap ampunan dan rahmat Allah. 

Bagi non jamaah haji, momen wukuf di Arafah disunahkan untuk melakukan puasa Arafah yang pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad yakni dapat mengampuni dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

Sementara itu, wukuf yang berarti berhenti dan diam, juga memberikan pelajaran penting bagi muslim yakni tentang kebersamaan dan kesetaraan di hadapan Allah. Wukuf juga berarti berhenti dari setiap perbuatan dosa. 

"Ini memberikan pelajaran penting kepada kita, untuk menjadikan momentum wukuf di Arafah untuk berhenti dan melampaui batas-batas Allah. Dari pejabat hingga rakyat harus wukuf, berhenti dari berbuat zalim. Berhenti dari KKN, dan tipu menipu serta semua keburukan yang dapat menenggelamkan bahtera besar bernama Indonesia," katanya. 

Sebagaimana Imam  Ibnu Rajab menyebutkan riwayat yang dinisbatkan kepada Imam Fudhail bin 'Iyadh bahwa "Barangsiapa belum berkesempatam Wukuf di Arafah, maka hendaknya ia wuquf (berhenti/tidak melampaui batas) pada batasan-batasan Allah yang ia ketahui. Barangsiapa tidak sempat mabit (bermalam) di Muzdalifah, maka hendaknya ia memabit kan (meniatkan dari malam) tekadnya untuk taat kepada Allah supaya dapat selalu dekat kepada-Nya. Barangsiapa tidak mampu menyembelih hadyu (hewan sembelihan) di Mina, maka hendaknya ia sembelih hawa nafsunya di sini agar sampai kepada muna (keinginan dan cita-citanya). Dan barangsiapa tidak dapat sampai ke Baitullah karena jarak yang jauh, maka hendaknya ia menjadikan Rabbu'l Bait_ (Tuhan Baitullah/Ka'bah) sebagai tujuannya, karena sesungguhnya Dia (Allah) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." 

"Semoga Allah mudahkan kita semua untuk wuquf, berhenti dari segala keburukan sehingga menguat spiritual dan hubungan sosial kita, dan kita semua meraih kebaikan dunia dan akhirat. Amin," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement