REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi memberlakukan sejumlah protokol kesehatan ketat dalam pelaksanaan ibadah haji yang bermula Rabu (29/7) waktu setempat di Makkah. Salah satunya, jamaah haji 2020 diminta menjaga jarak 1,5 meter saat tawaf mengelilingi Ka'bah.
Selain tidak lagi berdesak-desakan, air zam-zam hanya boleh dikonsumsi menggunakan botol sekali pakai. Penerapan aturan lain, para jamaah akan melemparkan batu yang sudah disterilkan saat rangkaian ibadah lempar jumrah.
Pemerintah Arab Saudi telah mengurangi jumlah jamaah haji secara drastis tahun ini, dari rata-rata dua juta orang menjadi hanya sekitar 1.000 orang. Segelintir yang terpilih itu adalah jamaah yang berusia antara 20-50 tahun tanpa riwayat penyakit kronis.
Sebelum melakukan perjalanan ke Makkah, mereka melakoni karantina mandiri selama sepekan, diikuti karantina empat hari di sebuah hotel di Makkah. Jamaah menerima makanan melalui layanan kamar dan berkomunikasi hanya lewat Whatsapp.
Ketika keluar dari kamar pada Rabu, mereka menumpang bus dengan kapasitas setengah kosong. Barang-barang mereka dikemas dalam koper biru identik. Mereka mengenakan gelang pelacak gerakan yang terhubung ke ponsel melalui Bluetooth.
Biasanya, wisata religi (salah satunya haji) mendatangkan pendapatan setara dengan 2,7 persen produk domestik bruto Arab Saudi. Demi pencegahan penularan virus, pemerintah menghentikan wisata tersebut pada awal pandemi.
"Tujuan utamanya adalah agar para peziarah tidak terinfeksi," kata Menteri Haji Mohammad Benten dalam wawancara dengan saluran televisi Saudi Al-Arabiya. Pekan ini, kasus corona di Saudi mencapai 270 ribu, dengan penurunan kasus harian di bawah 2.000.
Jamaah haji tahun ini berasal dari 160 negara. Sebanyak 30 persen berasal dari Arab Saudi dan 70 persen warga negara asing. Mereka hanya boleh berkomunikasi dengan media internasional atas izin otoritas Saudi yang merancang panggilan video.
Peserta haji dipilih melalui sistem pemeriksaan daring yang hanya bisa diakses anggota keluarga kerajaan. Jamaah yang terpilih menjalaninya menganggap itu sebagai berkah luar biasa, salah satunya Faridah Binti Bakti Yahra.
Saat diwawancarai oleh Bloomberg, perempuan 39 tahun asal Indonesia itu bercerita mendapat kabar lewat panggilan telepon. "Ini adalah momen yang sangat indah bagi saya. Saya tidak percaya ini benar-benar terjadi," kata dia dilansir Bloomberg, Rabu (29/7).
Faridah menyampaikan bahwa dia, suami, dan ketiga anak mereka sudah tinggal selama satu setengah tahun di Arab Saudi. Setelah Faridah merampungkan ibadah haji, mereka semua akan kembali ke Indonesia.
Suami Faridah kehilangan pekerjaan di perusahaan jasa ladang minyak. "Saya merasa ini seperti berkah besar sebelum kami meninggalkan Saudi untuk selamanya," ungkapnya.
Selain Faridah, ada pula jamaah lain yang diwawancarai Bloomberg namun tidak menyebutkan nama lengkapnya karena aturan pembatasan bicara kepada media. Dia adalah Alfayik, mahasiswa 26 tahun dari Republik Afrika Tengah.
Alfayik juga sangat terkejut bisa terpilih. Dia sudah menunggu antrean selama lima tahun. Dia berteriak girang dan melompat-lompat saat mendapat kabar baik tersebut.