Jumat 31 Jul 2020 07:59 WIB

Cerita Mahasiswi Malaysia Jadi Jamaah Haji Terbatas

Jamaah haji dipasangi gelang elektronik yang bisa memantau pergerakannya.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ani Nursalikah
Cerita Mahasiswi Malaysia Jadi Jamaah Haji Terbatas. Jamaah haji berdoa di dalam Masjid Namira di Arafah mengenakan masker dan menjaga jarak sosial untuk melindungi diri mereka terhadap virus corona di dekat kota suci Mekah, Arab Saudi, Kamis (30/7/2020).
Foto: Saudi Ministry of Media via AP
Cerita Mahasiswi Malaysia Jadi Jamaah Haji Terbatas. Jamaah haji berdoa di dalam Masjid Namira di Arafah mengenakan masker dan menjaga jarak sosial untuk melindungi diri mereka terhadap virus corona di dekat kota suci Mekah, Arab Saudi, Kamis (30/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Alangkah beruntungnya Muslim yang terpilih mengikuti haji tahun ini. Sebab hanya pemukim di Arab Saudi yang diizinkan mendaftar haji. Dari sekian banyak pendaftar, jamaah haji yang diizinkan hanya sekitar seribu orang.

Keputusan haji terbatas diambil pemerintah Arab Saudi menyusul pandemi Covid-19. Arab Saudi tak ingin mengadakan haji layaknya kondisi normal dengan jutaan peserta karena berisiko menjadi klaster penularan Covid-19.

Baca Juga

Fatin Daud jadi salah satu yang beruntung menjadi jamaah haji terbatas tahun ini. Mahasiswi yang menempuh studi di Arab Saudi itu sukses lolos seleksi Kementerian Haji dan Umrah Saudi. Setelah lolos, ia sempat didatangi petugas Kemenkes Saudi untuk tes Covid-19.

Daud lalu dipasangkan gelang canggih yang dapat memantau pergerakannya. Ia diminta tetap di rumah guna melaksanakan karantina mandiri sebelum berangkat haji.

"Rasanya sungguh sulit dipercaya, saya masih tak percaya karena saya pikir tak lolos pendaftaran," kata Daud dilansir di The Globe and Mail, Kamis (30/7).

Ketika telah tiba di Makkah, Daud tetap melanjutkan karantina mandiri di hotel. Ia masih tetap mengenakan gelang digital agar lokasinya terpantau.

Selama menjalani karantina, Daud menerima makanan tiga kali sehari dalam bentuk boks. Makanan itu langsung diantar ke kamarnya demi mencegah interaksi dengan orang lain.

Daud mengakui timbulnya perasaan bosan selama menjalani karantina mandiri. Ia melepas penat dengan berbincang sesama ekspatriat Malaysia yang ikut haji terbatas.

"Satu-satunya hal yang perlu kami lakukan sebagai jamaah haji adalah mengikuti semua instruksi dan saling mendukung satu sama lain," ujar perempuan berusia 25 tahun itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement