REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Tiga wartawan perempuan Arabnews turut mengambil bagian dalam pelaksanaan ibadah haji pada 2019 lalu. Ketiga wartawati itu melakukan perjalanan yang sangat pribadi, spiritual dan profesional.
Ketiga wartawan perempuan tersebut adalah Hala Tashkandi dari Riyadh, reporter senior Rua'a Al-Ameri dari Dubai dan fotografer Huda Bashatah dari Jeddah. Ketiganya menjadi yang pertama dan satu-satunya tim editorial wanita yang meliput haji.
Kunjungan pertamanya ke Saudi, Al-Ameri datang dari Dubai. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia pun tiba di bandara Jeddah dan bergabung dengan timnya untuk menuju kota suci Makkah.
Setelah mencapai kamp Kementerian Haji, mereka bertiga membuat rencana untuk mendokumentasikan perjalanan spiritual yang dilakukan oleh jutaan Muslim dari seluruh dunia. Tashkandi memimpin perjalanan mereka, karena dia sudah pernah melakukan ziarah ke tanah suci Makkah sebelumnya.
“Sebagai seorang Muslim, saya senang bisa menunjukkan kepada dunia salah satu ritual paling indah dan sakral dalam agama kami. Sebagai seorang Saudi, saya ingin sekali memuji pemerintah kami atas upaya luar biasa yang mereka lakukan dalam memastikan ziarah yang lancar dan aman untuk semua tamu kota suci,” kata Tashkandi.
Sebagai seorang wartawan perempuan, Tashkandi dan timnya bertekad untuk membuktikan bahwa mereka bertiga juga mampu melakukan peliputan seperti halnya wartawan laki-laki. Mereka tertantang untuk melakukan peliputan yang melelahkan selama musim haji.
Haji bukanlah ibadah yang mudah, sehingga mereka pun harus berjalan berjam-jam di bawah terik matahari. Ketiga wartawati itu tidak pernah berhenti melaporkan tentang haji, bahkan sampai larut malam.
“Itu sulit, dan meskipun mengepak pakaian ringan dan abaya, tidak ada yang bisa melindungi saya dari terik matahari. Dan jika saya tidak digoreng matahari, saya basah kuyup oleh hujan, yang membanjiri kamp tempat saya menginap, ”kata Al-Ameri.
Sementara itu, Tashkandi mengenang apa yang ia rasakan saat melakukan peliputan di musim haji. Menurut dia, saat itu umat Islam dari berbagai negara berkumpul di tempat yang sama. Tidak memandang kelas sosial atau pun tingkat pedidikan. Ibadah haji menyatukan semuanya.
“Semua menuju ke satu arah, dengan satu tujuan yang tak terhentikan, bersatu dalam doa dan spiritualitas dan cinta. Itu adalah perasaan yang hanya bisa Anda alami di satu tempat di Bumi,” ujar Tashkandi.
Sebagai fotografer tim, Bashatah ditugaskan dengan peran yang menantang seperti yang dilakukan wartawan pria. Namun, ia mampu mengirimkan beberapa foto dan cerita paling pribadi yang pernah ditampilkan di koran.
Dia bertemu orang-orang dari semua lapisan masyarakat dengan kamera di tangannya. Bashatah terjun ke kerumunan. Meskipun sering tersesat, tetapi kemudian ia kembali dengan hal-hal menarik untuk publikasikan.
“Saya tidak melihat fotografer wanita di tempat suci. Hanya ada lelaki yang mengambil gambar selama haji, yang memotivasi saya untuk bekerja lebih keras untuk memberikan yang terbaik. Mengambil foto di tengah keramaian, di antara anak-anak, wanita dan jamaah haji, adalah tantangan terbesar yang pernah saya hadapi dan tanggung jawab besar karena itu adalah pengalaman pertama saya haji, ”kata Bashatah.
Pengalaman ketiga wartawan perempuan itu bermaca-macam saat melakukan peliputan. Mereka berjumpa dengan banyak jamaah dari berbagai belahan dunia. Namun, ada saat-saat di mana ketiganya merasakan makna haji yang sebenarnya, yaitu persatuan.
Al-Ameri juga mengenang satu kejadian ketika banjir membuat padam listrik dan dia terpaksa untuk menulis laporannya di telepon genggamnya. Saat itu, badannya basah kuyup karena hujan. Tiba-tiba, ada seorang jamaah yang membantunya.
“Seorang wanita muda yang baik hati melihat saya, dan dengan anggun meletakkan handuk di kepala saya agar saya tetap hangat saat saya bekerja. Dan itu adalah sikap yang menunjukkan kepada saya arti dari perjalanan ini. Untuk menjadi tanpa pamrih dan untuk membantu orang-orang di sekitar Anda, pesan yang kuat dalam Islam,” ungkapnya.
Sebelum kembali ke Jeddah, ketiganya kemudian melakukan Tawaf Ifadah, berkeliling Kabah tujuh kali untuk mengakhiri ibadah haji mereka. Al-Ameri terpesona dengan kemegahan Ka'bah. Ia baru pertama kali pergi ke Masjid Suci.
Ia pun melewati kerumunan menuju bangunan megah itu dengan bantuan rekan-rekannya. Akhirnya, Al-Ameri mencapai dinding Ka'bah yang suci. Dengan menyentuh ka’bah, berakhirlah perjalanan panjang ketiga wartawati tersebut.