Rabu 05 Aug 2020 09:16 WIB

Cara Mempertahankan Haji Mabrur Seumur Hidup

Perlu upaya gigih menjadi pribadi yang lebih baik setelah berhaji.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Cara Mempertahankan Haji Mabrur Seumur Hidup. Jamaah haji berdoa di atas bukit berbatu yang dikenal sebagai Gunung Belaskasih di Dataran Arafat selama ziarah tahunan di dekat kota suci Mekah, Arab Saudi, Kamis, 30 Juli 2020. Hanya sekitar 1.000 jamaah yang akan diizinkan untuk melakukan ziarah tahunan haji tahun ini karena pandemi virus.
Foto:

Menjaga diri dari dosa dan perbanyak istighfar

Momen wukuf di Arafah merupakan kesempatan bagi jamaah haji merenung dan mengingat-ingat dosa, serta melakukan taubat kepada Allah. Namun demikian, kita tidak akan tetap murni dari dosa. Setelah kembalinya dari haji, seyogyanya kita tetap berupaya untuk mengenali dosa-dosa dan kesalahan, kemudian segera bertaubat kepada Allah.

Ketika kita pun tidak menyadari akan dosa tersebut, sebaiknya membiasakan beristighfar setiap waktu. Seperti dikisahkan, Nabi Muhammad SAW beristighfar 100 kali sehari. Karena itu, mengikuti langkah Rasulullah SAW akan menjaga diri dari dosa sekaligus menambah pahala sunnah dalam diri kita.

Penghapus spiritual

Selama haji, kita mungkin tidak ternodai oleh banyak 'kotoran spiritual' dari seluruh dunia, seperti musik, hal-hal tidak senonoh, iklan dan penyimpangan seksual, perilaku kasar di depan umum, dan lain-lain. Namun, sekembalinya di rumah, lingkungan akan berbeda, terutama di masyarakat di Barat.

Karena itulah, upayakan untuk melindungi indra kita dari hal-hal demikian. Seyogyanya, kita berupaya menjauhi pemandangan dan suara yang akan merusak hati. Jika kita melihat atau mendengarnya, segeralah untuk mencoba menghapus dampaknya dengan melakukan kegiatan yang lain yang lebih baik.

Sebab, setan menggunakan indera kita sebagai pintu gerbang untuk merusak hati kita secara lambat dan bertahap. Karena itu, tutup gerbang tersebut, waspada, dan siapkan penghapus spiritual kita.

photo
Infografis Ciri-Ciri Haji Mabrur - (Republika)

Menyelami makna melempar jumrah dalam kehidupan

Makna spiritual dari melempar jamaraat selama haji seyogyanya dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah syetan dipermalukan pada hari Arafah, syetan bahkan lebih bertekad untuk merusak hati kita sekembalinya kita ke rumah. Karena itu, setiap kali kita melihat bisikan atau godaan syetan, kita bayangkan kegiatan melempar jumrah di Mina dan kuatkan tekad menjauhi diri dari godaan syetan tersebut.

Senantiasa bersyukur

Meninggalkan Makkah, terutama saat melakukan tawaf terakhir di Masjid al-Haram, adalah momen yang menyedihkan. Seperti jutaan Muslim lainnya, kita tentunya bermimpi bisa kembali menunaikan haji.

Namun, untuk mewujudkan keinginan tersebut, perasaan demikian tentunya harus lebih dari sekadar nostalgia dan kerinduan emosional belaka. Dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah mengingatkan hamba-Nya untuk bersyukur, dan jika bersyukur, Allah akan memberi kita lebih banyak.

Dalam konteks haji, jika kita menunjukkan rasa syukur yang benar atas kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, Insya Allah kita bisa mendapat undangan untuk pergi haji kembali. Namun, rasa syukur tersebut tentunya harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan dan kian berupaya untuk terus mendekat kepada Allah. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement