REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa, Penulis dan Traveler
Armenia, negara kecil di Eropa ini pernah menjadi wilayah kekuasaan Turki Utsmani. Lokasinya yang berdekatan dengan Timur Tengah, membuat Armenia telah mengenal Islam sejak abad ketujuh. Saat ini Muslim masih eksis di negara perbatasan Asia Eropa tersebut, meski hanya sebagai kelompok minoritas.
Menurut data dari Library of Congress, jumlah muslimin sekitar 4 persen dari populasi. Namun angka ini dihitung dari jumlah etnis Kurdi dan Azeris yang ada di Armenia. Adapun menurut laman muslim population, muslim Armenia menempati 3 persen dari total populasi. Adapun berdasarkan PEW Forum, muslim Armenia dibawah 0,1 persen, atau hanya berjumlah seribu orang.
Keterangan foto: Masjid Biru di Armenia.
Dalam sejarah, Armenia memang salah satu wilayah yang menjadi dakwah Kristen awal. Negara seluas 29,743 kilometer persegi tersebut memiliki tradisi Gereja Armenia yang lahir sejak abad pertama masehi. Tak heran jika saat ini lebih dari 93 persen warganya menganut agama Kristen, lebih khusus Gereja Apostolic Armenia. Bahkan hingga kini, Armenian (orang Armenia) selalu diidentikkan dengan Kristen.
Islam masuk ke Armenia saat era pembukaan Islam, yakni sekitar abad ketujuh. Saat itu, bangsa Arab berhasil memasuki Armenia, namun pemerintahan masih dipegang penguasa setempat. Hingga kemudian seorang gubernur muslim dikirim untuk memerintah disana. Tak ada paksaan agama, pemerintah muslim memberikan kesepakatan damai..
Di abad kedelapan, telah banyak bangsa Arab dan etnis Kurdi yang menetap di wilayah Armenia. Mereka tersebar di kota-kota utama Armenia. Hingga kmudian sekitar abad ke-11, Bani Seljuk berhasill menguasai Armenia. Di bawah Seljuk membuat banyak warga Armenia memeluk Islam.
Ketika Turki Utsmani mengambil alih, posisi muslim makin menguat di Armenia. Wilayah tersebut resmi masuk menjadi bagian wilayah Islam. Terdapat sejarah kelam yang masih tak dapat dipastikan kebenarannya, yakni peristiwa berdarah genosida Armenia. Namun sejarah tersebut pun ditolak pemerintah Turki hingga kini. Hanya sebagian negara Barat yang menuding adanya Genosida dalam sejarah Turki Utsmani di Armenia.
Di sekitar tahun 1900, muslimin banyak meninggalkan Armenia. Etnis Kurdi dan Azerbaijan yang masih bertahan disana, meski secara berangsur mereka juga meninggalkan negara yang pernah menjadi bagian Uni Soviet tersebut. Lalu ketika Armenia merdeka. Muslimin di dominasi dari Iran, yang lokasinya memang bertetangga dengan Armenia. Saat ini jumlah muslimin sangat sedikit, dengan didominasi etnis Kurdi dan Azeris.
Berbicara komunitas muslim di Armenia, maka bahasan Hemshin tentu tak dapat luput. Sebutan Hemshin ditujukan pada komunitas muslim yang berasal dari warga Armenia asli. Mereka adalah orang-orang asli Armenia yang memilih Islam sebagai keyakinan mereka.
Azbarez Armenian News menyebutkan, saat ini banyak orang mendengar tentang muslim Armenia. Padahal hampier seluruh orang Armenia bersikeraas bahwa Kristen adalah identitas mereka. Keberadaan “The Hemshin” pun menjawab itu semua.
Hemshin, yang juga disebut Hemshinli memiliki sejarah panjang yang rumit. Merka hidup dalam isolasi masyarakat umum karena identitas mereka yang ganda, yakni Armenian (yang identik Kristen), namun mereka juga muslim. Banyak dari mereka yang kemudian berdiaspora ke negara tetangga. Banyak diantara mereka yang kemudian memilih tinggal di Turki.
Muslim memiliki sejarah yang sangat panjang di Armenia. Saat ini mereka menjadi kelompok yang sangat minoritas. Tak banyak kabar yang menulis tentang kondisi mereka kini. Namun secara umum, hak mereka masih terbatas hak minoritas.
Kendati demikian, saat ini mulai banyak pihak yang menyuarakan hak muslim di tengah mayoritas tradisi gereja. Dalam armenianweekly misalnya. Seorang intelek yang membela hak Armenia, Dr. Henry Astarjian berusaha membuka mata warga Armenia, mengajak mereka memikirkan beberapa pertanyaan mengenai apakah Armenia dan identitas Kristen. Menurutnya, muslim pun saudara bagi Armenian.
Terlepas dari posisi muslim di Armnia, geliat dakwah masih terus berusaha digalakkan. Terdapat Al Qur’an terjemahan bahasa Armenia yang memudahkan warga setempat mengenal Islam. Terdapat pula masjid yang menjadi tempat mereka beribadah dan menempa ilmu agama. Sebagi tetangga Armenia, Iran juga giat menyebarkan paham syiah. Kedutaan Iran juga giat berpartisipasi dalam dakwah di Armenia.
Satu Masjid
Masjid Biru rupanya tak hanya ada di ibukota Turki, Istanbul. Di ibu kota Armenia, Yereven, terdapat pula masjid yang disebut dengan Masjid Biru (Blue Mosque). Arsitekturnya tak kalah indah dengan masjid yang di Turki. Berwarna biru, Masjid Biru Yereven Nampak megah dilengkapi kubah dan menara.
Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang tersisa dan masih bertahan hingga kini. Padahal dalam sejarah panjang Islam di Armenia, banyak masjid berdiri disana. Bahkan terdapat pula gereja yang diubah menjadi masjid. Namun hanya Masjid Biru yang yang tersisa. Masjid Biru ini pun sempat ditutup saat Armenia dibawah pemerintahan Uni Soviet. Hingga ketika Armenia merdeka, masjid ini kembali dibuka.