Jumat 21 Aug 2020 18:55 WIB

Masjid Al Akbar Surabaya tak Sekadar Megah dan Terkenal

Ornamen dan kaligrafi yang ada merupakan bentuk ekspresi terhadap keagungan Allah SWT

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Muhammad Fakhruddin
Masjid Al Akbar Surabaya tak Sekadar Megah dan Terkenal (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/MOCH ASIM
Masjid Al Akbar Surabaya tak Sekadar Megah dan Terkenal (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Sebelum tahun 2000, Kota Surabaya, Jawa Timur, identik dengan Tugu Pahlawan. Setelah berdirinya Masjid Al Akbar, kota Pahlawan itu memiliki ikon baru. Popularitas dan ketenaran masjid yang megah dan indah itu mampu menyamai, bahkan melampaui Tugu Pahlawan. Betapa tidak, masjid berkubah hijau-biru itu tercatat sebagai yang terbesar di Provinsi Jawa Timur.

Rumah Allah SWT itu pun selalu ramai dikunjungi jamaah yang melaksanakan ibadah maupun pengunjung sekadar ingin melihat kemegahannya. Sederet tokoh nasional pernah menunaikan shalat di Masjid Al Akbar, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Muhammad M Nuh, serta tokoh-tokoh penting lainnya.

Hal itu menandakan betapa Masjid Al Akbar menempati posisi yang begitu penting di Kota Surabaya. Masjid Al Akbar dibangun sejak 4 Agustus 1995, atas gagasan Wali Kota Surabaya, Soenarto Soemoprawiro. Sejak peletakan batu pertama yang dilakukan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno, pembangunan Masjid Al Akbar memakan waktu selama lima tahun.

Bertepatan dengan hari Pahlawan, 10 November 2000, Masjid Al Akbar diresmikan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid. Menurut Kepala Humas Masjid Al Akbar, Helmy M Noor, luas bangunan dan fasilitas penunjang masjid yang terletak di pinggir jalan tol Surabaya-Gempol itu mencapai 22.300 meter persegi.

 

Rinciannya, panjang mencapai 147 meter dan lebar 128 meter. Di luar ruangan utama yang digunakan untuk tempat beribadah, bagian atas Masjid Al Akbar memiliki satu kubah besar yang didukung empat kubah kecil berbentuk limasan, serta sebuah menara multifungsi yang utama digunakan sebagai pemancar suara azan.

Kubah Masjid Al Akbar yang begitu megah, meniru Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Meski begitu, bentuk kubah Masjid Al Akbar memiliki keunikan tersendiri, bentuknya lonjong hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter.

Konsekuensinya, bentuk ini menumpu pada bentuk piramida terpancung dalam dua layer setinggi kurang lebih 11 meter dengan bentang tumpuan atau diameter 54x54 meter. Sedangkan, untuk menjawab tantangan jamaah agar lebih nikmat shalat di Masjid Al Akbar, dirancang bentuk lantai yang berkualitas bagus dan bisa bertahan lama.

Karena itu, pemilihan bahan untuk lantai, baik dari segi warna, kualitas, dan harga sangat diperhatikan secara cermat dan matang saat pembangunan. ''Demi memenuhi kebutuhan lantai yang baik, panitia pembangunan masjid sampai harus mendatangkan langsung marmer dengan kualitas pilihan dari perbukitan di Provinsi Lampung. Di samping harganya bersaing, kualitasnya sangat bagus. Dari situlah dihadirkan warna-warna yang sejuk, damai, tenang, dan nyaman,'' papar Helmy.

Keagungan dan kemegahan Masjid Al Akbar tampak dari paduan corak ragam ukiran, kaligrafi, hiasan kaca patri, pemilihan warna dan bahan lantai, serta kombinasi warna yang serasi di setiap dindingnya. Elemen interior dan eksterior yang berupa ukiran dan kaligrafi memang menjadi ciri khas masjid-masjid besar di seluruh dunia.

Pada bagian atas masjid terdapat ornamen kaligrafi Alquran sepanjang 180 meter dan lebar satu meter. Selain itu, berbagai corak ukiran dan kaligrafi juga terdapat di seluruh bagian bangunan. Itu termasuk pada  45 buah pintu masuk utama bangunan masjid yang diukir dan terbuat dari kayu jati.

Menurut Helmy, semua ornamen dan kaligrafi yang ada tersebut merupakan bentuk ekspresi terhadap keagungan Allah SWT. Di beberapa bagian lain masjid, juga diberikan hiasan kaca patri yang sangat menawan, yang dikerjakan dengan teknologi tinggi. Masjid Al Akbar didesain dengan sentuhan warna elegan sehingga mampu menghadirkan kesejukan.

Penggunaan warna yang serasi membuat setiap sudut Masjid Al Akbar tampak cantik dan indah. Menurut Helmy, yang juga ikut merancang arsitektur masjid, perpaduan warna yang serasi membuat Masjid Al Akbar tampak begitu anggun, apalagi jika dilihat dari jauh. Selain itu, mampu memberikan ketenangan maupun kenyamanan jika digunakan sebagai tempat beribadah.

''Di luar sisi kemegahan, pengurus Masjid Al Akbar tak lupa menempatkan rak Alquran berukiran anggun dan indah yang tersebar di seluruh penjuru masjid. Hal itu bertujuan agar Masjid Al Akbar tak hanya memberikan kesan kokoh secara fisik, namun juga memberikan syiar agar jamaah kuat secara iman,'' tutur alumnus Universitas Darul Ulum Jombang tersebut.

Salah seorang pengunjung, Rafi Tatri Kusuma, mengaku merasa lebih khusyuk saat menunaikan shalat di Masjid Al Akbar. Warga Sidoarjo ini menuturkan, merasakan beribadah di masjid tersebut sangat nyaman serta membuat hati lebih tenang.

''Masjid sangat kondusif digunakan untuk beribadah karena luas sekali. Bahkan, saya pernah sampai merinding merasakan efek suasana masjid yang cukup tenang saat menunaikan shalat di bawah,'' ungkapnya.

Pengalaman hampir serupa juga dirasakan Abdul Basyid. Ia mengaku sangat senang menunaikan ibadah di Masjid Al Akbar. Mahasiswa IAIN Surabaya itu, menuturkan, kekhusyukan pada dasarnya relatif, namun ketika shalat di masjid megah itu, dirinya merasakan pengalaman lebih, baik karena suasananya maupun tempatnya yang luas, sehingga bisa lebih konsentrasi dalam beribadah.

''Tidak adanya suara yang mengganggu dan jauh dari kebisingan yang membuat jamaah bisa lebih khusyuk dalam melaksanakan shalat. Selain itu, faktor kualitas bacaan imam yang melantunkan ayat Alquran dengan baik membuat saya bisa nyaman shalat di sini,'' ungkap pria asal Pamekasan, Madura itu.

 

*Artikel telah dimuat di Harian Republika, Minggu, 27 Desember 2009

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement