REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memonitor kerugian industri pariwisata sepanjang pandemi Covid-19. Dari pendataan Januari-Mei, kerugian ditaksir mencapai Rp 4,6 triliun.
PBB menyebut kerugian sebesar itu tiga kali lipat dari ketika krisis finansial 2009. Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut pariwisata ialah sektor ekspor terbesar ketiga dari ekonomi global setelah minyak bumi dan bahan kimia. Dari data PBB pada 2019, pariwisata menyuplai tujuh persen perdagangan dunia.
"Sektor pariwisata mempekerjakan satu dari 10 orang di bumi dan memberikan kehidupan bagi ratusan juta orang," kata Guterres dilansir dari Arab News, Selasa (25/8).
Guterres menyebut selama lima bulan pertama 2020, jumlah turis mancanegara turun lebih dari 50 persen di seluruh dunia. Lalu pendapatan individu dari sektor ini pun jatuh ke titik terendah. Alhasil bagi negara berkembang seperti di Afrika akan kehilangan pariwisata sebagai menyuplai lebih dari 20 persen PDB.
"Turunnya pariwisata mengganggu negara maju, tapi bagi negara berkembang ini adalah sebuah gawat darurat, khususnya di negara berpulau kecil dan negara-negara Afrika," ujarnya.
Sektor pariwisata tak hanya meningkatkan ekonomi, melainkan juga mendekatkan manusia dari berbagai belahan dunia. Pariwisata membuat manusia merasakan kebudayaan berbeda.
"Pariwisata menunjukkan kemanusiaan kita," ujar Guterres.
Dia menganjurkan ke depannya pariwisata diperbaiki menyesesuaikan kondisi pandemi Covid-19. Para penyedia jasa pariwisata diminta menerapkan protokol kesehatan demi keselamatan pengunjung dan pekerja pariwisata.