REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Syekh Siti Jenar merupakan salah seorang ulama yang terkenal di nusantara. Dia lahir di daerah Gunung Jati, sebuah daerah di antara Indramayu-Cirebon. Selama hidupnya, Syekh Siti Jenar juga pernah menunaikan ibadah haji.
Dalam buku “Pengakuan-Pengakuan Syekh Siti Jenar” karya Argawi Kandito diceritakan, setelah beberapa waktu menimba ilmu di Baghdad dan menjelang kepulangannya ke Jawa, Syekh Siti Jenar menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah.
Selama melakukan ibadah haji, Syekh Siti Jenar merasa memperoleh inspirasi dari rangkaian ibadah haji. Dia pun memberikan pemaknaan terhadap ibadah haji yang dilakukannya. Tiap rukun haji juga dimaknainya secara mendalam.
Menurut Syekh Siti Jenar, haji ditandai dengan datangnya orang dari seluruh penjuru dunia. Dari bagian selatan, barat, utara, dan ujung timur bumi. Orang-orang datang menuju satu titik yang ditandai dengan bangunan Ka’bah.
Hal ini, menurut Syekh Siti Jenar, menunjukkan arti moniteisme, yaitu kepercayaan bahwa Tuhan itu tunggal. Menurut dia, ibadah haji merupakan wujud dari syahadat tauhid, yang berisi persaksian bahwa Tuhan itu esa. Yaitu, Asyhadu an la ilaha illallah yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.
Menurut Syekh Siti Jenar, kedatangan kedatangan kaum Muslimin ke Ka’bah untuk melakukan ritual-ritual yang berdasarkan rukun dan syaratnya menunjukkan manifestasi dari persaksiannya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah, Wa Asyhadu anna Muhammad Rasulullah.
Jadi, menurut Syekh Siti Jenar, ibadah haji itu menunjukkan dan membuktikan bahwa mereka betul-betul percaya bahwa apa yang disampaikan Rasulullah itu adalah benar-benar bersumber dari Allah SWT.