REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi mengembangkan aplikasi perpesanan pengganti Whatsapp demi menjaga keamanan data. Diharapkan kehadiran aplikasi itu juga mengurangi ketergantungan Saudi terhadap Whatsapp yang merupakan aplikasi dari luar negeri.
Tim teknisi dan peneliti dari King Abdul Aziz City for Science and Technology (KACST) memegang proyek ini. Rencananya, aplikasi baru buatan KACST akan tersedia dalam setahun. KACST menjamin keamanan data pengguna karena memakai server lokal.
"Platform ini sedang dibuat dengan piranti terenkripsi dan alogaritma buatan dalam negeri yang menjamin keamanannya dari pencurian data," kata Direktur Nasional Keamanan Informasi KACST Basil Al-Omair dilansir di Arab News, Sabtu (6/9).
Al-Omair mengatakan aplikasi pengganti Whatsapp itu terjamin dalam hal konektivitasnya walau memakai server lokal. Ia menyanggupi kemampuan aplikasi tersebut melakukan pertukaran pesan berupa teks, suara, dan gambar.
"Keunggulan aplikasi ini sepenuhnya memakai tenaga dan teknologi dalam negeri sehingga bebas dari server asing yang dikontrol lembaga asing, jadi terjamin kerahasiaannya," ujar Al-Omair.
Untuk jangka waktu dekat setelah peluncurannya, Al-Omair menargetkan aplikasi tersebut digunakan lebih dulu oleh institusi pemerintah dan perusahaan.