REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Tahun ini, Metropolitan Museum of Art berencana merayakan hari jadinya yang ke-150. Namun, 2020 punya rencana lain. Pada 13 Maret, virus corona memaksa Met untuk menutup pintunya. Mereka tidak akan buka selama enam bulan lagi.

"Itu adalah bagian tersulit dari ini, menutup museum pada saat orang paling membutuhkan museum," kata Daniel Weiss, presiden dan CEO Metropolitan Museum of Art, dilansir dari Sunday Morning, Selasa (22/9).

"Selama 150 tahun, kami telah berada di sana untuk komunitas. Di setiap momen tantangan atau krisis nasional, orang datang ke museum untuk mencari kenyamanan, dan kami tidak dapat menawarkannya."

Sebelum pandemi ini, kata dia, paling lama museum tutup sekitar tiga hari. "Badai salju, pemadaman listrik, hal-hal yang dapat kami pahami," kata Weiss. "Tetapi dalam Pandemi Besar tahun 1918, kami tidak ditutup. Jadi, ini luar biasa, pengalaman baru bagi semua orang."

Baru untuk museum dan pengunjung. Masker, tiket masuk berjangka waktu, pemeriksaan suhu, dan partisi plastik telah menjadi hal normal baru.

Jason Cryan, direktur Natural History Museum of Utah di Salt Lake City, menunjukkan kepada koresponden Serena Altschul penyebaran pembersih tangan dan langkah-langkah untuk menegakkan jarak sosial. "Membuka pintu di tempat dalam ruangan, kami perlu memastikan bahwa kami memisahkan orang, berjarak," katanya. "Alih-alih meminta orang masuk dan menjelajah sendiri, kami harus sedikit lebih proaktif dan membantu mereka menavigasi dengan aman."

Itu berarti juga mencari cara untuk membuat museum ramah anak menjadi ramah Covid. Tentu saja, belum ada solusi cepat untuk semuanya. Beberapa museum harus menunda atau bahkan membatalkan pameran yang telah direncanakan sejak lama. Lainnya tetap tutup.

Ikuti Whatsapp Channel Republika