REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Negara-negara Muslim disebut perlu menghilangkan defisit kepercayaan atas ekonomi mereka dari ekonomi global. Langkah yang diambil untuk menguatkan kepercayaan ini disebut bisa dilakukan melalui gelaran pameran perdagangan dan pertemuan yang berkesinambungan.
Wakil presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Pakistan (FPCCI), Sheikh Sultan mengatakan negara-negara Muslim memiliki sumber daya dan potensi yang sangat besar untuk berhasil, tetapi tugasnya adalah menerjemahkan potensi tersebut kepada pasar dunia.
“Tidak adanya persatuan dan kerja sama di antara negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) adalah tantangan terbesar dalam situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu saat ini,” kata Sultan, berbicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh FPCCI beberapa waktu lalu, dilansir di The News, Selasa (29/9).
Menurutnya, OKI adalah blok terbesar kedua di dunia dan mewakili seperempat dari total tanah dengan 4,1 persen dari populasi dunia. PDB bruto OKI adalah 6,5 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita rata-rata 7.189 dolar AS. Perdagangan intra-regional adalah 17,5 persen dari total perdagangan negara-negara OKI sedangkan investasi asing langsung intra-regional mencapai dua-tiga persen dari PDB.
“Pakistan memiliki hubungan yang kuat dan signifikan dengan semua negara Muslim di tingkat politik, tetapi hubungan ini tidak mencerminkan dari segi volume perdagangan meskipun ada potensi perdagangan yang sangat besar. Alasan di balik rendahnya tingkat perdagangan adalah kurangnya berbagi informasi dan rendahnya tingkat interaksi antara sektor swasta Pakistan dan negara-negara OKI,” ujarnya.
Pakistan telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas hanya dengan Malaysia dan perjanjian perdagangan preferensial dengan Indonesia, Mauritius dan Iran.