REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia masih perlu belajar lagi soal industri wisata halal terutama dari Malaysia, bahkan dari negara dengan minoritas muslim seperti Taiwan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Rita Pawestri Setyaningsih mencontohkan Taiwan secara nyata dalam beberapa tahun terakhir mampu membangun wisata halal yaitu sebuah industri di dunia pariwisata yang ramah terhadap Muslim.
Ia mengatakan para pemangku kepentingan di Indonesia sebaiknya dapat menyatukan visi untuk bisa mendorong pertumbuhan wisata halal sehingga peluang bisnis tidak justru direbut oleh negara lain, bahkan negara minoritas muslim. "Secara paralel pemangku kepentingan kita agar bisa berpartisipasi pada pembangunan wisata halal. Orang Malaysia misalnya banyak direkrut Taiwan untuk berbagi pengetahuan soal wisata halal kepada mereka," kata Rita dalam webinar Prospek Wisata Halal bagi Indonesia: Pengalaman dari Taiwan, Rabu (30/9).
Ia mengatakan terdapat keseriusan dari Taiwan membangun industri wisata halalnya karena melihat pasar yang besar dari kalangan muslim agar mengunjungi negara tersebut. Rita menyebutkan ada dua fokus utama dalam pengembangan pariwisata halal di Taiwan, yaitu sertifikasi halal untuk restoran dan hotel serta menciptakan lingkungan yang lebih ramah Muslim.
Taiwan, kata dia, mengeluarkan lima jenis klasifikasi halal, antara lain restoran halal, restoran ramah muslim, akomodasi ramah muslim, dapur halal dan pemandu wisata ramah Muslim. "Banyak hal berbau muslim. Di Taiwan pemerintahnya mendukung dan mempromosikan wisata halal. Halal ini tidak hanya soal makanan dan minuman tetapi banyak hal yang bercampur pada kehidupan kita sehari-hari," kata dia. “Mereka kemudian mengembangkan Wisata Ramah Muslim atau lebih dikenal dengan Wisata Halal untuk menarik wisatawan muslim sebanyak-banyaknya ke dalam negeri. Pemerintah Taiwan terus berupaya menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi umat Muslim," katanya.
Menurut dia, Global Muslim Travel Index (GMTI) dari Crescent Rating-Mastercard merilis di antara 130 tujuan non-Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di seluruh dunia, rangking Taiwan sebagai tujuan tempat tujuan wisata ramah Muslim melejit.
Pada 2015, Taiwan berada di urutan 10 dan menjadi peringkat tiga pada 2019 di bawah Inggris Raya dan Jepang. “Upaya yang dilakukan Taiwan ini, telah menunjukkan hasil yang signifikan," katanya.