Selasa 06 Oct 2020 00:54 WIB

Haru dan Syukur Menyelimuti Jamaah Saat Umroh Dibuka Kembali

Terkesan dengan tindakan pencegahan yang diterapkan di dalam Masjidil Haram.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Haru dan Syukur Menyelimuti Jamaah Saat Umroh Dibuka Kembali. Jamaah berdoa di Masjidil Haram.
Foto: EPA/SAUDI MINISTRY OF MEDIA
Haru dan Syukur Menyelimuti Jamaah Saat Umroh Dibuka Kembali. Jamaah berdoa di Masjidil Haram.

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Umat Muslim di seluruh dunia kembali menyaksikan warga dan ekspatriat Saudi menjalankan kembali umroh, setelah ditutup selama lebih dari enam bulan. Sebelumnya, tidak pernah terbayangkan kedua Masjid Suci akan menutup pintunya bagi peziarah maupun jamaah shalat.

Kerajaan Saudi memutuskan kembali membuka pintu Masjid Nabawi untuk sholat berjamaah pada 31 Mei. Menyambut keputusan itu, muncul ketegangan lainnya dan mempertanyakan kapan Masjidil Haram kembali melanjutkan aktivitasnya.

Setelah penantian yang melelahkan, keputusan dan rencana keselamatan serta perlindungan jamaah umroh dikeluarkan oleh pihak berwenang. Kelompok peziarah pertama muncul di layar, menampilkan kegiatan mereka mengelilingi Ka'bah, tepat setelah tengah malam, Ahad (4/10) lalu.

“Melihat Mataf di sekitar Ka'bah dipenuhi dengan peziarah lagi, bahkan dengan kapasitas minimum, adalah pemandangan yang patut dilihat,” kata seorang karyawan sektor swasta di Jeddah, Dania Ahmed, dilansir di Arab News, Senin (5/10).

Pria berusia 30 tahun ini menyebut umroh kali ini diliputi rasa yang lebih intens, terlebih dengan ditutupnya Masjidil Haram beberapa bulan lalu. Ia merasa terhibur melihat umat Muslim kembali memenuhi tempat yang penuh berkah itu.

Ia menyebut, jamaah yang dapat melaksanakan umroh di hari pertama pembukaan kembali ini merupakan orang-orang yang beruntung. Muslim yang lainnya pun, akan segera menyusul.

Setelah pencabutan larangan umrah yang diberlakukan berbulan-bulan lalu akibat wabah Covid-19, 1.000 jamaah tiba di Masjidil Haram di Makkah. Tindakan pencegahan diterapkan bagi mereka yang memasuki Masjidil Haram, termasuk pemeriksaan suhu, sanitasi, smart band atau gelang pintar, penutup wajah atau masker, serta jarak sosial saat melakukan ritual umroh.

Bagi penduduk Makkah, yang biasanya mengunjungi Masjidil Haram untuk sholat, membaca Alquran, menghadiri kelas atau duduk di seberang Ka'bah dan menikmati situs suci, kondisi saat ini merupakan penyesuaian yang sulit. Selama berabad-abad, penduduk kota berjalan melewati gerbang masjid dengan mudah, sampai virus Covid-19 menyerang.

Thoraya Abdulghaffar Abulshakour, seorang penduduk tua Makkah yang sering mengunjungi Masjidil Haram untuk melakukan sholat, berada dalam keadaan tidak percaya karena dapat kembali setelah tujuh bulan. “Saya sangat ingin mengunjungi masjid, dan air mata saya mengalir setiap kali saya melihatnya di TV,” katanya.

Menyebarnya pandemi menghalangi ia maupun warga lainnya untuk melakukan berbagai aktifitas. Covid-19 menutup masjid dan juga menyebabkan banyak keluarga meninggal. Meski demikian, ia meyakini kebijakan dan protokol kesehatan yang dikeluarkan Kerajaan Saudi bertujuan baik, memastikan keselamatan masyarakat Saudi.

Ia juga menyebut Pemerintah Saudi memiliki peran yang besar dan bersifat bijaksana. Abulshakour merasa bangga hidup di negara yang mengutamakan keselamatan warga dan penduduk di atas segalanya.

Selanjutnya, ia merasa terkesan dengan tindakan pencegahan yang diterapkan di dalam Masjidil Haram, terutama untuk memastikan keselamatan jamaah dan staf. Langkah-langkah dan layanan tersebut telah dijalankan selama puluhan tahun, namun baru sekarang konsentrasinya ditingkatkan, mengingat ancaman Covid-19 yang mengintai masyarakat, terutama lansia.

Abdulghaffar berhasil melakukan umroh pertama bersama putranya, setelah ia berhasil mendaftar menggunakan aplikasi Eatmarna. “Saya senang bisa menunaikan umroh setelah tidak melakukannya selama tujuh bulan. Saya tinggal di Makkah dan tidak pernah berharap bisa masuk ke Masjidil Haram selama berbulan-bulan seperti ini. Tapi malam ini, kami melihat para peziarah kembali di tengah layanan istimewa yang diberikan oleh Presidensi Umum Masjidil Haram dan Masjid Nabawi," katanya.

Seorang warga Yaman yang tinggal di Makkah, Abdulwahhab Mohammed Al-Amin, mengatakan dia telah lama menantikan kunjungan tersebut, terutama setelah mengetahui larangan umrah di tengah Covid-19 telah dicabut. Hal ini mendorongnya untuk mengajukan izin, dan berhasil menjadi salah satu kelompok jamaah umroh pertama yang memasuki Masjidil Haram.

"Sejak memasuki Masjidil Haram, saya perhatikan semua layanan disediakan dengan baik untuk jamaah umroh. Tindakan pencegahan sedang diterapkan secara terorganisir," kata dia.

Ia menggarisbawahi layanan yang paling menonjol adalah tingkat kebersihan yang tinggi, operasi sanitasi, dan penyediaan botol air Zamzam secara aman dan tertib. Dia memperhatikan sejumlah pejabat hadir untuk mengawasi proses umroh, dan memastikan berjalan dengan cara yang terorganisir dan kompeten. Hal ini jelas memberinya perasaan tenang dan nyaman.

Setibanya di Riyadh, Mishaan Al-Harbi, seorang warga negara Saudi, melakukan ibadah umroh bersama keluarganya. Ia mengatakan, melihat Masjidil Haram di televisi membuatnya bersemangat untuk mendaftar. Ia dan istrinya selalu berharap bisa menunaikan ibadah umroh di Ma'taf  (area berkeliling di sekitar Ka'bah) yang kosong.

Dia dan istrinya awalnya ragu untuk membawa serta putri balita mereka. Ia merasa nantinya tidak akan diizinkan masuk ke masjid. Tetapi semuanya berjalan lancar dan semua orang memberikan bantuan selama proses tersebut.

Lahir dan dibesarkan di Kerajaan, Saleh Mohammed Hajj, seorang warga negara Pakistan yang tinggal di Makkah yang juga salah satu dari sedikit Muslim yang memasuki Masjidil Haram pada hari pertama. Dia menyebut merasa bangga dilahirkan di Arab Saudi.

Dia menambahkan merasa beruntung tinggal di negara, di mana orang-orang mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka. “Ini terbukti dari cara pemerintah Saudi menangani pandemi, Dan hari ini, kami melihat tindakan yang bertujuan untuk melindungi kesehatan orang dan memastikan keselamatan mereka," ujarnya.

Umat Muslim yang ingin menjalankan ibadah umroh, sebelumnya dapat mendaftar di aplikasi Eatmarna. Nantinya, mereka dapat memilih tanggal dan memesan slot waktu. 

 

Sumber: https://www.arabnews.com/node/1744216/saudi-arabia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement