REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Hotel di Makkah kini berangsur bangkit. Meski begitu, hotel-hotel tersebut memasang harga miring. Hotel bintang lima dekat Masjidil Haram contohnya, kini hanya dihargai SR250 hingga SR700 (Rp 983 ribu - Rp 2,7 juta).
Padahal, jika menilik ke belakang, hotel-hotel dengan pemandangan ke Masjidil Haram selalu memiliki harga yang sangat tinggi di setiap tahunnya. Makkah, sebagai kota suci umat Islam, setidaknya memiliki 1.400 hotel. Jumlah itu, mencakup dua pertiga sektor akomodasi di Arab Saudi.
Lebih jauh, Menteri Haji dan Umrah Dr. Mohammed Saleh Benten dalam kicauannya di akun resmi, menyatakan rasa gembiranya pada hotel-hotel di pusat Makkah yang telah bertahan selama masa pandemi. Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih atas penawaran yang dibuat hotel-hotel tersebut guna menarik pengunjung. Namun, ia mengingatkan agar pengelola hotel tetap menerapkan protokol kesehatan.
Terpisah, ketua komite hotel di Kamar Dagang dan Industri Makkah Abdullah Filali mengatakan, promosi penurunan harga yang diumumkan oleh beberapa hotel adalah cara bertahap untuk merevitalisasi sektor tersebut. Ia menyakini penetapan harga murah merupakan langkah awal dari bangkitnya sektor akomodasi.
Sementara itu, salah satu manajer hotel yang menghadap pusat Makkah, Fadel Munqal mengatakan, penurunan harga adalah upaya untuk memberi layanan pada umat Islam.
“Kerajaan berupaya menyiapkan diri untuk semua peziarah dari berbagai negara. Ini (hotel) akan menunjukkan kembalinya sektor akomodasi yang sebenarnya dan memungkinkan para peziarah mengalami pengalaman spiritual dan pariwisata yang terintegrasi, ” kata Munqal.
Dia menambahkan, Kerajaan memang sempat mengorbankan kesejahteraan ekonomi negara dengan membatasi haji dan umrah. Namun, dirinya menilai jika itu adalah langkah mulia untuk melindungi keselamatan peziarah.