REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Fase kedua pembukaan umrah mulai 18 Oktober 2020 mendatang akan mengizinkan sebanyak 250.000 jamaah menunaikan umroh. Namun, jamaah yang diizinkan masih dari warga Arab Saudi dan ekspatriat.
Langkah tersebut menandai fase kedua dari dimulainya kembali ibadah umroh secara bertahap, yang berlangsung di Makkah dan Madinah, setelah ditutup sementara karena pandemi Covid-19. Anggota Komite Nasional Haji dan Umrah, Hani al-Omairi, mengumumkan kebijakan dan perubahan lain terkait hal itu pada Selasa (13/10).
Dilansir di Al Arabiya, Rabu (14/10), al-Omairi mengatakan kepada surat kabar Saudi pada Senin, bahwa jamaah akan diizinkan untuk mengunjungi Rawdah (kamar tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan) dan area masjid tua di Masjid Nabawi di Madinah. Sementara itu, lebih dari 600 ribu orang juga akan diizinkan untuk melakukan sholat di Masjid al-Haram.
Untuk bisa menunaikan umrah tersebut, jamaah harus terlebih dahulu mendaftar umrah di aplikasi Eatmarna. Sejauh ini, hanya warga dan penduduk Saudi yang diizinkan mengunjungi Dua Masjid Suci di Tanah Suci.
Al-Omairi telah mengumumkan sebelumnya bahwa jamaah asing akan diizinkan umrah mulai 1 November 2020 mendatang. Ia mengatakan, pihak berwenang diperkirakan akan segera mengumumkan negara mana saja yang diizinkan untuk mengirim jamaah umrah.
Dimulai kembali umrah secara bertahap ini datang sebagai bagian dari upaya Saudi untuk menahan penyebaran virus corona selama ibadah tersebut. Dengan demikian, hanya 6.000 jamaah yang diizinkan untuk menunaikan umrah setiap hari di bawah fase pertama pembukaan umrah yang saat ini berlaku.
Setiap kelompok kecil jamaah hanya diberi waktu tiga jam untuk menyelesaikan ibadahnya, dan tidak ada yang diizinkan untuk mendekati Ka'bah dan Hajar Aswad. Masjid al-Haram juga disterilkan 10 kali setiap hari dan air Zamzam dibagikan dalam kemasan botol.
Air zamzam tersebut berasal dari sumur yang jaraknya sekitar 20 meter dari Ka'bah. Sementara itu, tim medis ditempatkan di beberapa area di sekitar halaman masjid dan ruang isolasi dan pemeriksaan medis telah dirancang untuk kasus dugaan kasus virus corona.