IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Kisah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik bisa menjadi teladan bagi semua calon jamaah haji. Perjalanan haji penuh dengan hikmah jangan dirusak dengan pebuatan tercela, hanya karena berkuasa di dunia.
Dikisahkan dalam buku "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" bahwa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik datang ke Baitullah Ka'bah untuk melakukan manasik haji. Ketika masuk ke Masjidil Haram, dia berkata "Tolong hadirkan ke hadapanku salah seorang dari kalangan para sahabat!"
Seorang pengawal menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, mereka semua sudah meninggal dunia."
"Kalau begitu, dari kalangan tabiin saja," pinta khalifah.
Maka seketika dihadirkan Thawus bin Kaisan ke hadapan khalifah Hisyam. Tatkala menemui khalifah Thawus mencopot sendalnya di pinggir permadaninya Khalifah Hisyam tanpa nemberi salam dan tidak pula memanggilnya dengan julukannya.
"Thawus langsung duduk di sisi khalifah tanpa seizinnya, dan berujar. "Bagaimana kabarmu wahai Hisyam?"
Begitu beraninya Thawus, dia memanggil langsung Hisyam dengan namanya, sehingga meledaklah kemarahan khalifah. Karena dianggap tak sopan, Hisyam ingin memenggalnya sebagai hukuman. Bahkan khalifah hampir saja memerintahkan untuk membunuhnya.
Akan tetapi ada yang mencegahnya dengan mengingatkan, "Wahai Amirul Mukminin, engkau saat ini berada di kawasan haram Allah dan Rasulnya (Ka'bah) yang tidak boleh hal ini itu terjadi."
Hisyam mengurungkan perintahnya, tetapi dengan keras dia berkata kepada Thawus "Wahai Thawus apa yang mendorong berbuat seperti itu?"
"Apa gerangan yang telah aku perbuat?" tanya Thawus.
"Engkau telah mencopot sandalmu di pinggir permadaniku, tidak memberi salam dengan menyapa wahai Amirul Mukminin, tidak memanggilku dengan julukanku, lalu duduk di sampingku tanpa seizinku," kata Hisyam.
"Oh itu," kata Thawus.
Kata dia "Mengapa aku mencopot sandalku di pinggir permadanimu karena aku sudah biasa mencopotnya kala berada di hadapan Allah ta'ala setiap hari lima kali, tetapi dia tidak mencela ataupun marah kepadaku," katanya.
Thawus pun melanjutkan alasannya tak memberi salam. "Adapun ucapanmu engkau tidak memberi salam kepadamu dengan menyapa wahai Amirul Mukminin karena tidak setiap muslim setuju atas naiknya engkau ke tampuk kekuasaan."
"Jadi, aku takut menjadi seorang pendusta," katanya.
Mengenai Perkataanmu "engkau tidak memanggilku dengan julukanku, karena Allah juga menamai para nabinya lalu memanggil mereka 'wahai Daud', wahai 'Yahya', wahai 'Isa'. Bahkan dia menyebut musuh-musuhnya dengan julukan dalam Firman-Nya celakalah tangan Abu Lahab.
Sedangkan ucapanmu, duduk disampingku tanpa seizin, maka hal itu karena aku telah mendengar Ali Bin Abi Thalib berkata.
"Apabila engkau ingin melihat salah seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seseorang yang duduk sementara orang-orang di sekitarnya berdiri menghormatinya," Jawab Thawus memberi argumen atas tindakannya terhadap khalifah tadi.
Kemudian Hisyam berkata. "Kalau begitu nasihatilah aku."
Thawus berkata aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata. "Sesungguhnya di neraka jahanam terdapat ular-ular dan kalajengking sebesar begal (peranakan antara kuda dan keledai) yang mematuk setiap penguasa yang tidak berlaku adil terhadap rakyatnya."
Mendengar perkataan itu, Hisyam pun menangis mendengarnya. Dari kisah ini banyak contoh jangan berlaku semena-mena karena kekuasan.