IHRAM.CO.ID, KONSTANZ -- Masjid Mevlana di Konstanz, Jerman, didirikan 20 tahun lalu. Bangunan tersebut memiliki kubah dan menara dengan gaya tradisional. Gaya arsitektur ini menarik banyak pengunjung non-Muslim. Harmoni yang ditunjukkan, dianggap cocok sebagai tempat berdialog, yang turut menarik perhatian dari masyarakat di pegunungan Alpen.
Dilansir di DW, sekitar 4.000 Muslim bermukim di wilayah tersebut. Hampir separuhnya merupakan generasi kedua bahkan ketiga dari pendatang Turki. Salah satu penduduk sekitar yang juga ahli pembuat sepatu, Kurban Aras, menyebut ketika dibangun, menara setinggi 35 meter itu menjadi yang paling tinggi di Jerman.
Selaku anggota Dewan Komunitas Muslim Turki, pihaknya tak menghendaki adanya rasa curiga. Oleh karena itu, sebelum masjid ini dibangun, dialog dengan masyarakat Kristen maupun Dewan Kota intensif dilakukan.
"Kami tinggal di sini, di Jerman. Kami warga Jerman yang baru. Anak-anak kami akan menetap di sini. Karena itu, kami harus membangun masjid baru yang bagus di sini. Karena itu kami berbicara dengan masyarakat sekitar. Gereja-gereja mendukung kami," kata dia.
Sebelum dibangun, berkali-kali perhimpunan umat Muslim mengundang masyarakat yang skeptis agar menghadiri pertemuan. Wakil umat Kristen ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan hadir dalam pesta selamatan. Dari situlah muncul kelompok kerja bagi pertemuan umat Kristen dan Islam.
Lebih dari satu dekade berlalu, Masjid Mevlana kini menjadi bagian dari panorama kota. Warga Muslim tampaknya berhasil membangun kepercayaan masyarakat kota Konstanz. Bukan hanya berpartisipasi dalam acara-acara yang dilakukan pemerintah kota, mereka juga aktif dalam kegiatan kepemudaan.
Tujuan resmi yang ingin dicapai pengurus mesjid adalah berkontribusi atas pemahaman yang baik antara warga Muslim dan non-Muslim. Tak hanya itu, mereka juga ingin memberikan peluang bagi umat Muslim agar merasa sebagai bagian dari masyarakat kota Konstanz.
Mesjid Mevlana ternyata juga menarik perhatian warga di negara tetangga, Swiss. Wakil Imam Masjid Mevlana, Ismail Toprak, menyambut gembira fenomena wisata ke menara masjid. Dengan bangga, ia menyebut warga Swiss, Muslim maupun non-Muslim yang berkunjung ke mesjid Mevlana semakin banyak.
Di masjid tersebut, khotbah disampaikan dalam Bahasa Jerman, yang dipahami sebagian besar warga Swiss. Faktor bahasa ini menjadi nilai tambah, mengingat umat Muslim yang datang ke Masjid Mevlana berasal dari negara yang berbeda-beda.