Rabu 28 Oct 2020 14:00 WIB

Siapa Diuntungkan dari Merger Bank Syariah BUMN?

Indonesia akan mencatat sejarah keuangan dengan merger tiga bank syariah milik BUMN

Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id
Foto: Republika.co.id
Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id

IHRAM.CO.ID -- Oleh Friska Yolandha*

Pada Juli tahun ini, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut akan melakukan peleburan tiga anak usaha syariah milik bank pelat merah. Tiga bank syariah itu adalah PT BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT BNI Syariah (BNIS). Penggabungan ketiga bank umum syariah ini akan menjadikannya bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia.

Sontak, pengumuman Erick Thohir membuat pasar modal bergairah. BRI Syariah yang telah lebih dulu masuk ke pasar modal mendulang keuntungan. Sahammya diincar para investor. 

Sejak disampaikannya rencana merger, saham BRIS meroket dari Rp 300 per lembar menjadi Rp 900. Bahkan, setelah ditandatanganinya kesepakatan merger, saham BRIS sempat menyentuh Rp 1.500 sebelum akhirnya turun kembali ke level Rp 1.210 pada Jumat (23/10).

Dimulainya proses merger ditandai dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman atau MoU di Jakarta pada Senin (12/10). Merger diharapkan selesai pada Februari 2021.

Sesuai ringkasan rencana merger yang dipublikasikan Rabu (21/10), Bank Hasil Penggabungan akan memiliki modal dan aset yang kuat dari segi finansial, sumber daya manusia, sistem teknologi informasi, maupun produk dan layanan keuangan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan penetrasi aset syariah di Indonesia.

Total aset dari Bank Hasil Penggabungan akan mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Dengan demikian Bank Hasil Penggabungan akan masuk ke dalam TOP 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.

Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 17,4 persen, dan DPLK BRI-Saham Syariah 2 persen. Sementara, saham publik tersisa 4,4 persen. 

Dengan demikian, siapa yang diuntungkan dalam penggabungan ini? Yang pertama, adalah BRI Syariah. Ibarat menggabungkan tiga gelas air dalam satu wadah, BRI Syariah akan menjadi 'wadah' penggabungan. Kenapa? Karena dia satu-satunya bank yang sudah berstatus terbuka. Nantinya, bank hasil penggabungan berstatus tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BRIS.

BRIS ketiban rezeki nomplok karena mendapatkan tambahan aset dari BSM dan BNI Syariah. BSM adalah salah satu bank syariah terbesar di Indonesia dengan aset Rp 114,4 triliun. Aset BNIS pun masih sedikit lebih besar dibandingkan BRIS, yaitu Rp 50,76 triliun.

Dari segi kinerja, BRIS juga akan terakselerasi dengan baiknya kinerja dua saudaranya. Pada kuartal II 2020, laba BSM tercatat Rp 719 miliar dan BNIS Rp 266,64 miliar. Sementara, BRIS mencatat laba Rp 117 miliar.

Selain BRIS, Bank Mandiri selaku pemegang saham terbesar juga beruntung dengan penggabungan ini. Artinya, Bank Mandiri akan punya anak usaha yang sudah terbuka dengan aset tambahan Rp 100 triliun.

Namun, di luar itu semua, nasabah harus menjadi yang paling beruntung. Dengan penggabungan ketiga bank, pelayanan yang diberikan harus tiga kali lebih baik. Produk perbankan yang disediakan harus tiga kali lebih variatif. Nasabah harus tiga kali lebih mudah mengakses kantor cabang dan mesin ATM. 

Selain itu, masing-masing bank harus mulai menyosialisasikan rencana merger ini kepada nasabah. Nasabah perlu mengetahui apa saja dampaknya terhadap mereka. 

Semoga dengan merger ini, keberpihakan pemerintah pada perbankan syariah terus meningkat. Dan dengan bank syariah terbesar ini, Indonesia mampu menembus kancah global.

*) Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

BACA JUGA: PLN: Pakai Kompor Induksi Bisa Rp 50 Ribu Per Bulan

BACA JUGA: Erdogan Ditantang Buktikan Seruan Boikot Produk Prancis

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement