IHRAM.CO.ID -- Masa kolonial Perancis di Hindia Belanda (kini Indonesia) dilatarbelakangi oleh jatuhnya kekuasaan Kerajaan Belanda di Eropa oleh Kekaisaran Perancis. Napoleon yang berhasil menguasai Kerajaan Belanda menunjuk keponakannya Lodewijk Napoleon untuk menjadi Raja Belanda yang kemudia diganti menjadi Republik Bataaf.
Prancis dalam usahanya mengekspansi seluruh Eropa memanfaatkan koloni-koloni negara-negara Eropa yang telah ditaklukan. Hal ini dilakukan karena Perancis membutuhkan SDM untuk membiayai Perang Napoelon yang tengah masifnya.
Dan jejak kolonial Prancis di Nusantara yang memerintah antara tahun 1806 dan 1811. Setelah itu, Inggris (Britania) mengambil alih kekuasaan dari tahun 1811 sampai 1815. Inggris kemudian mengembalikan kekuasaan kepada Belanda pada tahun 1815.
Seperti ditulis dalam Wikipedia, jatuhnya Belanda ke tangan Imperium Prancis dan pembubaran Perusahaan Hindia Timur Belanda menyebabkan beberapa perubahan besar dalam pemerintahan kolonial Eropa di Hindia Belanda, ketika salah satu babak peperangan era Napoleon juga terjadi di Jawa.
Periode ini, yang berlangsung selama hampir satu dekade, menyaksikan perubahan yang luar biasa di Jawa, karena proyek infrastruktur dan pertahanan yang agresif terjadi, diikuti oleh pertempuran, reformasi, dan perubahan besar pemerintahan di koloni tersebut.
Pada 1800, Perusahaan Hindia Timur Belanda ( Vereenigde Oost-Indische Compagnie/VOC)) dinyatakan bangkrut dan dinasionalisasi oleh pemerintah Belanda. Akibatnya, aset-asetnya yang meliputi pelabuhan laut, gudang, benteng, permukiman, tanah, dan perkebunan di Hindia Timur dinasionalisasi sebagai koloni Belanda, yakni Hindia Belanda.
Koloni terssebut berpusat di Batavia (kini Jakarta), Belanda menguasai sebagian besar Jawa (kecuali wilayah pedalaman negeri Vorstenlanden Mataram dan Banten), menaklukkan pesisir Sumatra Barat, menggulingkan bekas koloni Portugis di Malaka, Maluku, Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Timor Barat. Di antara penguasaan Belanda ini, Jawa adalah yang paling penting, karena produksi tanaman keras dan perkebunan yang dikuasai Belanda berada di sana.
Di sisi lain dunia, Eropa hancur karena Peperangan era Napoleon. Sebuah penaklukan dan revolusi yang menggeser politik, hubungan, dan dinamika di antara kekaisaran dan negara Eropa, yang berdampak pada koloni mereka di Timur Jauh. Belanda di bawah Napoleon Bonaparte pada 1806, mengawasi Republik Batavua menjadi Persemakmuran Batavia dan kemudian dibubarkan dan digantikan oleh Kerajaan Hollandia, sebuah kerajaan boneka Prancis yang diperintah oleh saudara laki-laki ketiga Napoleon, Louis Bonaparte (Lodewijk Napoleon). Akibatnya Hindia Timur selama masa tersebut diperlakukan sebagai koloni Prancis proksi, diperintah melalui perantara Belanda.
Dandels dan Kekuasaan Prancis di Jawa 1806-1811.
Pada 1806, Raja Lodewijk Napoleon dari Belanda mengirim salah satu jenderalnya, Herman William Daendels menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia Timur di Jawa. Daendels dikirim untuk memperkuat pertahanan Jawa terhadap kemungkinan invasi Inggris yang masuk. Dia tiba di kota Batavia (kini Jakarta) pada 5 Januari 1808 dan menggantikan mantan Gubernur Jenderal Albertus Wiese. Dia membangun pasukan baru, membangun jalan-jalan baru di Jawa, dan memperbaiki administrasi pemerintahan internal pulau ini.
Keterangan foto: Herman Willem Daendles
Pemerintahan Daendels adalah keras dan darurat militer, karena koloni tersebut dipersiapkan menghadapi ancaman Britania. Dia mendirikan rumah sakit baru dan barak militer, pabrik senjata baru di Surabaya dan Semarang, dan sebuah kolese militer baru di Batavia. Dia menghancurkan Kastel di Batavia dan menggantikannya dengan benteng baru di Meester Cornelis (Jatinegaa), dan membangun Fort Lodewijk di Surabaya.
Namun, prestasinya yang paling terkenal adalah pembangunan Jalan Raya Pos (bahasa Belanda: Grote Postweg) sepanjang pantai utara Jawa dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini kini berfungsi sebagai jalan utama di Jawa dinamakan Jalur Pantura. Jalan sepanjang ribuan kilometer itu selesai hanya dalam waktu satu tahun, di mana ribuan tenaga kerja paksa orang Jawa tewas.
Dan bila ada klaim bahwa jalan sepanjang Pantura dibangun secara total oleh Daendels juga diragukan. Sebab, sebab kala itu jalan lama pun sebagian sudah ada. Jadi Daendels hanya memperlebar, menyambung dan mengeraskan jalur jalan yang sudah ada. Ini karena jalan di kawasan pantura itu masih sederahana dan terserak-serak dalam berbagai penggal jalur.
Keterangan foto: Sebuah ruas Jalan Post Weg (Jalan Daendels).