Rabu 04 Nov 2020 18:13 WIB

Sisilia, Benteng Islam di Italia Abad Pertengahan

Bukti kejayaan dan tolerasni Islam di Italia ada di Sisilia

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Subarkah
Sisilia, Italia.
Foto:

Tantangan terhadap pengakuan formal sebagian besar terkait dengan sentimen anti-Muslim pasca peristiwa 11 September, yang ditunjukkan oleh sejumlah insiden Islamofobia. Kasus Islamofobia itu terutama terjadi di Italia utara pada 2007, ketika dua pusat Islam dibom, namun tidak menyebabkan cedera.

Tetapi dengan pembentukan Liga pada 1991, sebuah partai sayap kanan, sentimen anti-Muslim menjadi lebih jelas di Italia, terutama terhadap para migran yang baru tiba. Baru-baru ini pada Maret 2018, kandidat presiden dari wilayah Lombardy di Utara mengklaim ada risiko bahwa ras kulit putih menghilang dan digantikan oleh para migran Muslim.

Namun demikian, Kheit merasa bahwa tingkat kebencian yang sama belum mencapai pinggiran selatan negara dengan kekuatan yang sama. Ia mengatakan, Islam mungkin masih belum secara resmi diakui sebagai agama di Italia, tetapi itu tidak mengubah penerimaan mereka di Sisilia, yang menjadi tempat Islam secara budaya sudah menjadi bagian dari pulau itu.

"Kami berharap, meskipun kami mengalami masa-masa sulit secara keseluruhan, tempat ini akan tetap menjadi tempat yang aman bagi saudara-saudara Muslim kami," ujarnya.

Salah satu pengunjung tetap masjid di Catania adalah Lhoussine Sardi, seorang warga Italia generasi pertama, yang ayahnya pindah ke sana dari Maroko pada 1980-an. Dia mengatakan, meskipun imigrasi yang lebih baru mungkin telah mempercepat proses penerimaan, Sisilia sudah menjadi lahan subur bagi orang asing yang ingin merasa betah.

Keterangan foto: Bangunan dengan arsitektur Islam di Alcamo.

"Inklusivitas dan toleransi adalah hal-hal yang Anda pelajari saat lahir jika Anda tinggal di sini, jika Anda cukup berani untuk mengenali tanda-tanda masa lalu yang menceritakan kisah hubungan darah bersama dengan sebagian besar negara Mediterania," katanya.

Selanjutnya, warisan koeksistensi Arab-Sisilia juga terlihat jelas di seluruh pulau. Banyak warga Sisilia yang mempelajari budaya Arab, dari mulai tarian Arab hingga puisi klasik Arab.

Di sebuah studio di Hathor Dance School di Alcamo, sebuah desa di bagian barat Sisilia yang namanya diambil dari kata Arab al-qamah (artinya kesuburan), Helena Russo membuka kelas tarian, yang berkisar dari tari perut Afrika Utara hingga perpaduan suku Irak dan bahkan tarian Sufi. Di sana, ia juga mengajar tentang tarian tradisional Arab-Sisilia, yang terinspirasi oleh Abad Pertengahan Islam Sisilia.

Koreografinya didasarkan pada musik live yang liriknya berasal dari Muwashshah, sebuah bentuk puisi Arab yang terdiri dari lima bait, yang umum di pinggiran Barat Kekaisaran Islam Abad Pertengahan. Russo mengatakan dia terinspirasi oleh Nesma al-Andalus, mentornya yang berbasis di Mesir dan koreografer Spanyol yang juga menerjemahkan bahasa Arab Muwashshah ke dalam gerakan tubuh. Karyanya membantunya menyadari bahwa budaya Arab kuno dapat dihidupkan kembali melalui tarian modern. Melalui seni itulah, masyarakat Sisilia menghargai keragaman populasi dan warisan di pulau itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement