Kamis 19 Nov 2020 16:18 WIB

Setelah 30 Tahun, Perbatasan Irak-Arab Saudi Kini Dibuka

Perbatasan gurun Arar setelah ditutup selama 30 tahun sejak Perang Teluk.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Pasukan keamanan Irak berjaga di perbatasan Arar di Provinsi Anbar, Irak, Rabu (18/11). Perbatasan Arab Saudi dan Irak dibuka setelah 30 tahun.
Foto: AP Photo
Pasukan keamanan Irak berjaga di perbatasan Arar di Provinsi Anbar, Irak, Rabu (18/11). Perbatasan Arab Saudi dan Irak dibuka setelah 30 tahun.

IHRAM.CO.ID, RIYADH – Arab Saudi dan Irak pada Rabu (17/11) telah membuka kembali perbatasan gurun Arar setelah ditutup selama 30 tahun sejak Perang Teluk. Gubernur Daerah Perbatasan Utara, Pangeran Faisal bin Khalid bin Sultan menghadiri upacara pelantikan bersama dengan Menteri Dalam Negeri Irak, Othman Al-Ghanimi.

Dilansir Arab News, Kamis (19/11), Arar akan terbuka untuk barang dan orang untuk pertama kalinya sejak Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Baghdad pada tahun 1990 setelah invasi Saddam Hussein ke Kuwait. Persimpangan tersebut mencakup sejumlah pialang bea cukai untuk meningkatkan perdagangan dan pertukaran ekonomi antara kedua negara.

Gubernur Bea Cukai Saudi, Ahmad Al-Hakbani menjelaskan pembukaan Pelabuhan Jadidat Arar memiliki makna sejarah yang penting bagi Kerajaan Arab Saudi dan Republik Irak.

“Ini akan berkontribusi untuk memperkuat hubungan ekonomi dan sosial antara dua negara persaudaraan,” kata Al-Hakbani.

Namun, pembukaan ini juga menuai protes. Dikutip dari English Al Arabiya, golongan pro-Iran di Irak, yang menyebut diri mereka "Perlawanan Islam", telah berdiri teguh menentang hubungan yang lebih dekat dengan Arab Saudi. Menjelang pembukaan Arar, salah satu kelompok yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ashab al-Kahf menerbitkan sebuah pernyataan yang mengumumkan penolakannya terhadap proyek Saudi di Irak.

"Kader intelijen dari mujahidin mengikuti semua rincian aktivitas musuh Saudi di perbatasan Irak," ujar Al-Kahf.

Perdana Menteri Irak, Musthafa Al-Kadhemi mengatakan dia membalas mereka yang menggambarkan pemulihan hubungan sebagai sebuah kolonialisme Saudi. "Ini bohong. Memalukan. Biarkan mereka berinvestasi. Selamat datang di Irak," kata Kadhemi menambahkan. Menurutnya, investasi Saudi dapat membawa sejumlah pekerjaan baru ke Irak karena sepertiga pemuda Irak telah menganggur.

Perbaikan dimulai pada 2017 ketika Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir melakukan perjalanan ke Baghdad. Kunjungan semacam itu pertama dalam beberapa dekade. Penerbangan komersial pertama dilanjutkan antara kedua negara dan para pejabat mulai membahas Arar. Tetapi rencana itu berulang kali ditunda. Arar hanya dibuka pada kesempatan langka untuk memungkinkan peziarah agama Irak melalui perjalanan mereka ke Mekah untuk haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement