Selasa 24 Nov 2020 08:00 WIB

Keharuan Kisah Ibnu Zubair Saat Pertahankan Makkah

Ibnu Zubair mempertahankan Makkah setelah tujuh bulan diserang musuh.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Keharuan Kisah Ibnu Zubair Saat Pertahankan Makkah. Foto ilustrasi: Sahabat Nabi gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir.
Foto: Rudolph Gunold
Keharuan Kisah Ibnu Zubair Saat Pertahankan Makkah. Foto ilustrasi: Sahabat Nabi gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Menjelang akhir kekuasaannya, Abdullah bin Zubair RA melaksanakan ibadah haji. Mengetahui hal itu, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi segera memimpin 3000 orang pasukannya untuk menyerang pasukan Ibnu Zubair yang sedang melaksanakan haji.

Abdurrahman Ahmad As-Surbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" mengisahkan, atas serangan itu, terjadilah pertempuran hebat antara keduanya. Akibatnya Abdullah bin Zubair dan pasukannya tidak bisa wukuf di Arafah, mereka hanya dapat bertahan di dalam Masjidil Haram.

Baca Juga

Dalam kondisi demikian Zubair banyak bersimpuh di hadapan Ka'bah memohon perlindungan kepada Allah SWT. Kemudian Al Hajjaj memasang ketapel ketapel raksasa di Gunung Abi Qubais dan melempari pasukan Ibnu Az Zubair yang berada di dalam Masjidil Haram dengan bebatuan. Sehingga pasukan Abdullah bin Zubair kocar-kacir keluar menyelamatkan diri dari serangan.

Katanya, pada penyerangan itu, pasukan Al-Hajjaj memerlukan waktu sekitar tujuh bulan untuk menghujani kota suci Makkah dan Ka'bah. Tujuannya yaitu untuk melumpuhkan perlawanan Ibnu Zubair.

Ketika Ibnu Zubair mendapati kematian telah mendekati, dia  menjumpai Ibunda yaitu Asma binti Abu Bakar dan mengatakan kepadanya, "Ibu, orang-orang telah meninggalkanku. Sampai pula keluarga dan anak-anaknya tidak ada lagi yang bersamaku kecuali segelintir orang-orang yang tidak memiliki kesabaran sesaat. Sedangkan kamu itu (Hajjaj dan pasukannya) akan memberi tahu apa yang aku inginkan dari kata tanya, apakah pendapatmu?"

Asma RA menjawab, "Engkau, demi Allah wahai anaku, kamu lebih mengetahui tentang dirimu. Bila engkau mengetahui bahwa engkau di atas kebenaran dan engkau menyeru kepada kebenaran, maka lanjutkan. Sungguh para pengikutnya telah gugur di atasnya. Jangan engkau biarkan anak ingusan dari bani Umayyah mempermainkan lehermu. Bila engkau menginginkan dunia karena engkau adalah sejelek-jelek hamba. Engkau membinasakan dirimu dan orang-orang yang mati bersamamu. Bilang kau mengatakan: Aku berada di atas kebenaran, tetapi ketika pengikutmu melemahkan, maka akupun ikut melemah maka yang demikian itu bukan sikap seorang yang merdeka dan bukan pula sikap seorang punya agama. Berapa lama kehidupan di dunia mati adalah lebih baik."

Ibnu Az Zubair mengatakan, "Wahai, ibu aku khawatir bila orang-orang bisa membunuhku, mereka akan mencangkul dan menyalibku."

Ibunya menjawab, "Wahai anakku, sesungguhnya kambing tidak merasakan sakit ketika di sayati kulitnya setelah disembelih. Berjalanlah atas apa yang engkau ketahui dan mintalah pertolongan kepada Allah."

Lalu Zubair mencium kening ibunya sambil mengatakan. "Inilah pendapatku dan yang aku keluar dengannya, tidak ada yang membuatku keluar kecuali kemarahan karena Allah. Tetapi aku ingin mengetahui pandanganmu dan sungguh engkau telah menambahkan ilmu padaku."

Maka kata Zubair lagi, "Lihatlah wahai ibu, aku akan menjadi orang yang gugur pada hari ini. Janganlah kesedihanmu menjadi jadi-jadi, dan serahkanlah urusan kepada Allah."

 

Lalu, ibunya mengatakan. "Aku berharap semoga dukacitaku atas kematianmu baik. "Ya Allah aku telah menyerahkannya kepada keputusanmu. Aku juga rela terhadap apa yang engkau takdirkan. Maka Berilah aku pahala karena kehilangan nya berupa pahala orang-orang yang sabar."

Setelah menjumpai ibunya, beliau keluar dan berperang dengan gagah berani sampai akhirnya beliau gugur. Ibnu Zubair tertangkap dan dibunuh Hajjaj bin Yusuf pada tanggal 17 Jumadilawal 73 Hijriyah atau 4 Oktober 692 M.

Leher Ibnu Zubair dipenggal kepalanya dikirim sebagai hadiah kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan di damaskus dan tubuhnya disalib.  Asma yang pada saat itu berumur 100 tahun turut menyaksikan pemenggalan dan penyaliban anaknya.

"Kemudian dia membawa mayat anaknya tersebut kembali seorang diri ke Madinah dan dikuburkan di sana," katanya.

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya bahwa Hajjaj ats Tsaqafi menjumpai Asma setelah membunuh Abdullah bin az-Zubair dalam rangka menjelekannya. Dia mengatakan apa pendapatmu tentang perilaku terhadap musuh Allah ini.

Asma menjawab, "Aku melihatmu telah menghancurkan kehidupan dunianya sedangkan dia Abdullah bin Zubair telah menghancurkan kehidupan akhiratmu. Ketahuilah bahwa Rasulullah mengatakan kepada kami bahwa di antara Bani Tsaqif ada seorang pendusta dan ada seorang lagi yang berbuat binasa dan merusak. Adapun si Pendusta, kita telah menyaksikan yaitu (Al Mukhtar ats Tsaqafi si nabi palsu).

"Adapun si perusak, maka aku tidak menyangka kamu kecuali orang itu." Perawi mengatakan kemudian Hajjaj berdiri meninggalkannya dan tidak membantahnya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement