IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Perbankan syariah diharapkan bergerak cepat agar Indonesia tidak kehilangan momentum untuk mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah. Pelaku industri keuangan syariah di dalam negeri harus merespon kenaikan peringkat Indonesia dalam The State of Global Islamic Indicator Report (SGIER) 2020/2021.
Peneliti Ekonomi Syariah dari Centre of Islamic Banking, Economics, and Finance (CIBEF), Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan peningkatan ini harus direspon cepat oleh pelaku industri keuangan syariah di Tanah Air. Berdasarkan SGIER 2020/2021, ekonomi syariah Indonesia ada di posisi empat atau naik satu peringkat dari raihan 2019.
Peningkatan ini dipicu pertumbuhan signifikan industri syariah Indonesia, yang ditunjukkan dengan masuknya seluruh sektor usaha seperti makanan, media, pariwisata, serta obat-obatan dan kosmetik halal ke deretan 10 besar dunia. Namun, peringkat industri keuangan syariah Indonesia turun dari posisi lima ke posisi enam.
"Penurunan sektor keuangan syariah ini kombinasi dari dua kemungkinan, keuangan syariah Indonesia memburuk, atau Yordania yang membaik," katanya kepada wartawan, Selasa (24/11).
Fauziah mengatakan bank syariah harus cepat merespons penurunan ini. Salah satunya dengan memaksimalkan pengembangan sektor riil halal. Selama ini pertumbuhan dan posisi industri riil halal Indonesia sudah sangat kuat.
Keunggulan ini harus disokong dengan kehadiran produk keuangan syariah yang bagus dan relevan dengan kebutuhan. Kebutuhan terkait layanan keuangan syariah ini bisa terjawab dengan hadirnya bank syariah hasil merger BUMN tahun depan.
"Pasca resmi bergabung nanti, bank syariah BUMN memiliki modal kuat untuk memperbesar kemampuannya demi menjawab kebutuhan sektor riil halal," katanya.
Bank Syariah BUMN akan memiliki modal yang kuat untuk investasi IT infrastruktur dan pengembangan produk yang lebih murah, kompetitif dan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh pasar. Khususnya sektor riil, seperti industri makanan, wisata, obat-obatan halal.
Secara spesifik, ia menyarankan bank syariah hasil penggabungan nanti harus memiliki fokus memenuhi kebutuhan sektor riil industri halal di Indonesia. Karena momentum sektor riil halal sudah kuat dan perlu dibarengi dengan momentum sektor keuangan syariah yang akan kuat pasca merger.
"Fokus untuk addressing kebutuhan sektor halal riil harus masuk ke Rencana Bisnis Merger Bank Syariah BUMN," katanya.
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno berharap kekuatan besar bank syariah hasil penggabungan usaha bisa meningkatkan daya hidup bank syariah sebagai model bisnis keuangan di Indonesia. Indonesia seyogyanya dapat mempertontonkan vitalitas model bisnis bank syariah.
Menurutnya, harus ada indikator kinerja jelas yang menunjukkan bahwa model bisnis bank syariah mampu melayani masyarakat lebih baik, efisien, dan fungsional. Dalam konteks Indonesia, seharusnya hal ini memberi lahan subur bagi pertumbuhan model bisnis syariah.
"Kultur masyarakat kita yang akomodatif dan adaptif membuka ruang eksperimen model-model bisnis yang bervariasi," katanya.