IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Pakar Tafsir asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, terdapat beberapa keutamaan dari Kota Madinah. Bahkan pemilihan kota tersebut sebagai lokasi hijrah diamanatkan Allah kepada Nabi melalui isyarat mimpi.
Rasulullah SAW bersabda: “Ra-aitu fil-manaami anniy uhaajiru min makkata ilal-ardhi biha nakhlun, fadzahaba wa hali ala annaha al-yamaamatu aw hajr fa idza hiyal-madinatu yatsribu,”. Yang artinya: “Aku bermimpi berhijrah dari Makkah ke suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Pikiranku mengarah bahwa yang dimaksud adalah Al-Yamamah atau Hajar, tetapi ternyata Madinah Yatsrib,”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Dijelaskan bahwa, secara lahiriah pemilihan tersebut terbilang wajar. Karena perintis dan pendukung-pendukung Nabi Muhammad SAW yang terdepan bermukim di sana. Misalnya, bukankah pertemuan-pertemuan rahasia sebelum berhijrah dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan mereka (orang-orang Madinah)?
Lalu juga, pembaiat-pembaiat pertama dan kedua di Aqabah adalah bagian dari mereka yang telah berjanji untuk membela Nabi Muhammad SAW dan juga agama Islam. Dari hal ini saja sebetulnya, pemilihan Kota Madinah sebagai lokasi hijrah menurut Prof Quraish Shihab sudah sangat pantas dan layak.
Namun demikian dia menambahkan, jika ditinjau lebih jauh maka terdapat keistimewaan-keistimewaan lain atas pemilihan Kota Madinah. Kota Madinah (Yatsrib) dan penduduknya ternyata memiliki keistimewaan yang menjadi faktor ketepatan pemilihan kota ini untuk fase perkembangan dakwah Islam.
Keistimewaan Madinah
Banyak hal yang menjadikan Madinah layak disebut sebagai kota yang istimewa. Seperti jika dilihat dari sikap penduduknya. Penduduk Madinah sejak dahulu hingga sekarang sangat dikenal sebagai pribadi yang ramah. Mereka cenderung lebih moderat dan telah terbiasa dengan kultur keragaman yang ada.
Tak hanya itu, Madinah menjadi istimewa karena penduduk Madinah memiliki pengalaman berperang. Hal ini tak lepas dari elemen suku yang membentuk mereka, seperti Bani Aus dan Khazraj. Jika penduduk Makkah terdiri dari Bani Quraisy yang memiliki kultur dagang kental dan menghindari peperangan demi kelangsungan bisnis mereka, masyarakat Madinah berbeda.
Di sisi lain, Madinah menjadi istimewa karena hubungan leluhur Rasulullah dengan penduduknya. Yaitu dengan suku Khazraj yang merupakan suku mayoritas di Madinah. Penelusuran garis leluhur Nabi di Madinah ini kerap dijelaskan berbagai sirah Nabi yang menyatakan bahwa ibunda Nabi Muhammad pernah menziarahi makam suaminya yang terletak di sekitar Madinah sambil berkunjung ke sanak keluarga beliau yaitu Bani An-Najr.
Keistimewaan lainnya adalah letak Kota Madinah. Kota ini cukup strategis untuk menjadi basis pertahanan dari serangan musuh. Sebab di wilayah timur terdapat Harrat Al-Waqim dan di wilayah barat terdapat Harrat Al-Wabrah yang merupakan dataran tinggi dan rendah. Perbatasan Madinah pun ditumbuhi pepohonan kurma dan aneka tumbuhan lain sehingga sangat menyulitkan untuk dimasuki pasukan yang banyak.
Beda halnya dengan Makkah, Kota Madinah juga memiliki keutamaan lain yang berkaitan dengan kondisi alamnya. Jika di Makkah cuaca nampak gersang, Kota Madinah cenderung lebih sejuk dan memungkinkan banyaknya bertumbuhan perkebunan-perkebunan kurma.