IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mengalami penurunan 98 persen kasus flu selama tiga bulan terakhir dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Menurut Menteri Kesehatan Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah, penurunan ini merupakan hasil dari tindakan pencegahan kesehatan yang diterapkan di tengah pandemi Covid-19.
"Sebagai hasil dari penerapan kewaspadaan kesehatan, jumlah kasus flu musiman di Kerajaan menurun lebih dari 98 [persen] dalam tiga bulan terakhir, dibandingkan periode yang sama tahun lalu," katanya dalam cicitannya di Twitter, dilansir di Al Arabiya, Rabu (2/12).
Kerajaan menerapkan langkah-langkah ketat dalam menangani penyebaran virus Covid-19. Termasuk yang diberlakukan adalah wajib mengenakan masker, pembatasan perjalanan dan persyaratan jarak sosial selama wabah untuk membantu mengekang penyebaran virus.
Tindakan pencegahan ini disebut kemungkinan juga mencegah penyakit flu, yang cara menyebarnya sama dengan virus Covid, yakni melalui tetesan cairan dan kontak dengan mata, mulut, atau hidung. Menurut Reuters, Australia dan negara-negara lain di belahan bumi selatan memperlihatkan penurunan serupa selama musim flu awal tahun ini. Data yang dilaporkan Eropa sejak awal Oktober juga menunjukkan angka kasus flu yang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Beberapa dokter mengatakan kombinasi dari karantina, pemakaian masker dan cuci tangan tampaknya telah menghambat penularan flu. Sementara itu, perlu diperhatikan data harus ditangani dengan hati-hati karena puncak pandemi akan terjadi berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan lagi," tulis artikel Reuters, Selasa (1/12).
Menurut Flu News Europe, sebuah platform pemantauan bersama dari Pusat Eropa untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengumpulkan sampel di 54 wilayah Eropa, hanya satu orang yang didiagnosis flu dari 4.433 tes sentinel selama September hingga 22 November.
Berdasarkan sumber data sentinel ini, angka kasus yang dikumpulkan oleh otoritas kesehatan nasional berdasarkan sampel yang diambil oleh berbagai dokter komunitas, diterjemahkan menjadi tingkat positif 0,02 persen. Angka itu jauh di bawah ambang batas 10 persen yang dianggap WHO sebagai "epidemi" dalam hal flu. Pada waktu yang sama tahun lalu, persentase ini mencapai 15 persen.