IHRAM.CO.ID, WINA -- Tempat kelahiran Adolf Hitler, Austria, memiliki sejarah panjang rasisme, khususnya terhadap orang Yahudi.
Tetapi sekarang Austria tampaknya menyasar Muslim sebagai targetnya. Serangan senjata ganda di Wina pada 2 November lalu menewaskan empat orang dan melukai 22 orang.
Pria bersenjata itu ditembak mati oleh polisi dan diidentifikasi sebagai "teroris Islam" berusia 20 tahun yang dibebaskan lebih awal dari penjara pada Desember ini.
Sejak peristiwa tragis itu, 30 pemimpin Muslim Austria telah digerebek rumah mereka dan telah diinterogasi oleh polisi, dua masjid telah ditutup, dan pemerintah Austria telah mengumumkan RUU untuk melarang "Islam politik" yang akan disidangkan di Parlemen bulan depan.
Penggerebekan terhadap aktivis dan organisasi Muslim terjadi meski kurangnya bukti yang menghubungkan para aktivis dengan aksi terorisme. Sebagian besar dari mereka tampaknya menargetkan Palestina dan Mesir yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin.
Menargetkan komunitas besar Turki tampaknya akan lebih bermasalah bagi otoritas Austria karena mungkin ada reaksi balik dan mereka akan mendapat dukungan politik eksternal dari Presiden Turki Erdogan.
Namun, tidak seperti situasi di Prancis, tampaknya hanya ada sedikit kesadaran atau informasi tentang apa yang terjadi di Austria, bahkan di dalam komunitas Muslim yang terorganisir dan aktif di luar negeri. Ada sekitar 700 ribu Muslim di Austria dari total populasi hampir 8 juta orang.
Sekitar 50 persen dari mereka berasal dari Turki dan ada juga komunitas yang cukup besar dari bekas Yugoslavia. Namun terlepas dari ukurannya, komunitas Muslim tampaknya cukup lemah dalam hal kehadiran politik dan media.
Selain itu, kepemimpinannya masih generasi pertama dan karena itu lebih cenderung memiliki sikap patuh terhadap otoritas. Jadi, misalnya, terjadi kebungkaman maya dari komunitas Muslim setelah penggerebekan dan penutupan masjid.