IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pada suatu hari, ada empat orang pemikir sesat berkumpul di Makkah. Mulailah mereka mengolok-ngolok para jamaah haji yang sedang tawaf di sekitar Ka'bah.
Selain itu mereka juga sepakat untuk menyanggah Alquran dengan cara mengarang kitab yang serupa. Mereka pun membagi tugas. Masing-masing pemikir mempelajari seperempat Alquran untuk disanggah dan berjanji untuk bertemu lagi pada musim haji tahun depan.
Genap satu tahun kemudian, keempat pemikir itu kembali berkumpul di Makkah. Pemikir pertama mengatakan, "Aku telah menghabiskan waktuku selama setahun hanya untuk memikirkan ayat yang berbunyi.
Maka tatkala mereka putus asa (terhadap hukuman Nabi Yusuf), mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik (QS:Yusuf:80). Sungguh kefasihan ayat ini melumpuhkan pikiranku!"
Pemikir kedua menjawab, "Ya aku juga memikirkan ayat yang berbunyi Hai manusia, telah diberikan sebuah perumpamaan, maka Simaklah dengan seksama sesungguhnya segala sesuatu yang kau sebut selain Allah sama sekali tidak mampu menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya (Al-Hajj ayat 73). Sungguh aku tidak mampu menciptakan seindah ayat ini."
Pemikir ketiga pun menyambungnya: Aku sudah memikirkan ayat ini: Sekiranya dia di langit dan di bumi ada Tuhan selain Allah, tentulah keduanya hancur (Al-Anbiya) ayat 22. Sungguh aku begitu lemah untuk membuat padanannya.
Pemikir keempat pun menyatakan pengakuannya. "Sesungguhnya Alquran ini bukanlah buatan manusia. Aku telah menghabiskan setahun penuh hanya untuk merenungkan ayat ini: Dikatakan:
"Hai bumi telanlah airmu dan hai langit hujan berhentilah. Air pun disulitkan perintah belum terlaksana, dan bahtera itu pun berlabuh di bukit judi. Dikatakan: Binasalah orang-orang yang zalim." (Hud ayat 44).
Bertepatan dengan itu, Imam Ja'far Ash Shaddiq rah. lewat di hadapan mereka. Dia sejenak memandang mereka kemudian membacakan firman Allah surah Al-Isra ayat 88.
"Seandainya segenap manusia dan jin bersatu untuk membuat padanan Alquran ini, niscaya mereka tidak akan mampu, sekalipun mereka saling membantu,"
Ja'far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Thalib lebih dikenal dengan nama Jafar ash Shaddiq rah. Gelar as Shaddiq adalah karena sikap kejujurannya. Imam Malik rah pernah berkata.
"Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah Ja'far bin Muhammad ketika aku melihatnya selalu berada pada salah satu dari tiga amalan, yait itu shalat, puasa atau membaca Alquran. Aku tidak pernah melihatnya mengutip dari hadits pun tanpa wudhu. "
Imam Ja'far as wafat di kota Madinah setelah diracun Mansur ad-Dawaniqi pada tanggal 25 syawal 148 Hijriyah atau 767 masehi dalam usia 65 tahun. Dia disemayamkan di pemakaman di dekat masjid Nabawi Madinah.
Sumber: Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah"