IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Pada suatu ketika, Ali bin al-Husain rah (Rasulullah SAW) melihat Hasan Al Bashri rah. di Masjidil Haram sedang bercerita di hadapan orang banyak. Dia pun berhenti lalu berkata kepadanya.
"Wahai Hasan, adakah engkau telah rela sepenuhnya dan menyiapkan diri menyongsong kematian?"
Tidak! "Jawab Hasan Al bashri.
"Lalu, ilmu untuk dihisab?"
"Tidak!" Jawab Hasan lagi.
"Apakah Allah memiliki rumah yang menjadi tujuan manusia dari berbagai penjuru selain rumah ini?" Tanya Ali Bin Husein lagi.
"Tidak!"
"Kalau begitu mengapa engkau menyibukan orang-orang dengan mendengarkan cerita-cerita mu itu, sehingga mereka terhalang dari melakukan tawaf?"
Mendengar itu, Hasan al-Bashri segera meninggalkan tempat itu dan tidak pernah lagi cerita-cerita selama berada di Kota Makkah. Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" menuliskan, bahwa Hasan bin Abil Hasan Al-Bashri rah. lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah atau 642 masehi. Ayahnya adalah Alyasar seseorang budak memiliki Zaid bin Tsabit sahabat pilihan dan penulis wahyudin.
Ibu Hasan adalah Khaira budak Ummul mukminin Ummu Salamah ra istri Rasulullah SAW. Hasan lahir pada masa Khalifah Umar Bin Khattab ra,. tepatnya dua tahun terakhir menjadi khalifah.
Berkat didikan istri Rasulullah Ummu Salamah yang banyak meriwayatkan hadis, Hasan Al-Bashri tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah, rupawan, dan pemberani sekaligus mewarisi nubuwah berupa ilmu dan amal. Hasan Al-Bashri banyak bertemu dengan para sahabat nabi ra termasuk 70 orang ahli Badar.
Ia terkenal karena kesalehannya dan penolakannya yang tegas terhadap keduniaan keduniawian. Pada suatu hari di tengah terik matahari yang menyengat ketika Hasan al-bashri sedang wukuf di Arafah dalam menunaikan Haji nya, tiba-tiba seorang laki-laki Bertanya kepadanya, "tidak sebaiknya engkau berlari saja ke tempat yang teduh."
Dengan penuh keheranan, alasan berkata, "Apakah aku kini sedang berada di bawah terik matahari? Sungguh aku teringat satu dosa yang pernah aku lakukan sehingga aku tidak lagi merasakan panasnya terik matahari!"
Padahal waktu itu, kain ihrom nya telah basah kuyup karena yang seandainya diperas, makan akan mengalir air peluh nya dengan deras. Sedangkan dosa yang dia maksud itu mungkin sekedar selintas pikiran yang terputus begitu saja, yang seandainya terjadi atas orang selainnya Kema tentu tidak dianggap sebagai dosa kecil apapun.
Hasan Al Basri meninggal dunia pada bulan Rajab tahun 110 Hijriyah Dalam usia 88 tahun. Jenazahnya disaksikan begitu ramai orang. Dia disalatkan setelah selesai salat Jumat di Basrah. Orang begitu berdesakan, sehingga salat asar pun tidak dapat ditegakkan di Masjid Jami Basrah pada hari itu.