Ahad 06 Dec 2020 06:45 WIB

Garin Nugroho: Oma Irama, Lagu Dakwah dan Ketidakadilan

Dakwah dan rintihan sosial dalam lagu Oma Irama

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Muhammad Subarkah
Rhoma Irama.
Foto: wikipedia
Rhoma Irama.

IHRAM.CO.ID, -- Hampir semua orang Indonesia tahu Rhoma Irama adalah ikon musik dakwah dan film. Lewat karya dialah salah satu cara bagi publik untuk menghibur dirinya. Bahkan, bagi kelompok kecil yang papa dan tertindas dalam kehidupan, mampu merasa lega karena kesumpekan penderitaannya ternyata ada yang masih mempedulikannya.

Dan juga, seluruh masyarakat Indonesia mungkin pula sudah tahu kisah bagaimana Rhoma Irama berjuang dalam musik yang disebut sebagai 'dangdut'. Bagaimana musik yang berasal dari bibit musik melayu mampu merubah dan melakukan transformasi diri menjadi sebuah musik genre baru baik di Indonesia, maupun dunia.

Semua hal itu juga dilihat oleh sutradara film Garin Nugroho. Karena Garin pernah menjadi kritikus film untuk Kompas dan Tempo pada 1987, ia beberapa kali menonton film Rhoma Irama.

Salah satu film Garin yang diisi sentuhan musik sang Raja Dangdut itu adalah film “Gerbong 1, 2, 3”. Film itu bercerita tentang pertemuan dua orang laki-laki dan perempuan di stasiun, membawa ingatan berbagai hal baik tentang beragam perjumpaan, tragedi ataupun juga kemiskinan di sekitar stasiun kereta api.

Karya film pendek dengan kamera 8 mm itu, berdurasi 13 menit untuk tugas akhirnya sebagai mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tahun 1984-1985. Alasan ia memilih lagu Rhoma Irama dalam film itu, pertama karena nada rock-nya yang luar biasa, dan kedua kritik sosialnya yang besar sekali di karya-karyanya.

“Jadi lagu Bung Rhoma memiliki dua hal itu untuk anak muda agar berani katakan ‘tidak’ pada ketidakadilan, karena film itu bercerita tentang kemiskinan di sekitar rel kereta api,” ujar Garin dalam ‘Bincang Madani Bersama Legenda: Gitar dan Dakwah’ yang digelar secara virtual.

Satria Bergitar | Rhoma Irama - Menyelamatkan Putri Raja Wasit Aron -  YouTube

Kala mendengar lagu Rhoma dulu, Garin melihat ada kisah soal kemiskinan dan ketidakadilan pada zamannya. Dan itu sesuai dengan ketidakadilan dan kemiskinan dalam kehidupan di sekitar gerbong. Dan di sisi lain, apa yang disebut dalam nada hard rock Rhoma merupakan satu kekuatan dari Rhoma yang bisa menghidupkan semangat anak-anak muda.

Kemudian saat ia menjadi kritikus film, salah satu film yang ia lihat adalah film Rhoma Irama. Yang paling penting juga adalah kemampuan Rhoma membaca hal-hal yang hidup dalam masyarakat, sehingga mampu mengaplikasikan itu dalam lagu maupun film. Semacam keterlibatan di dalam kehidupan sekaligus memberi dakwah.

“Misalnya lagu “Begadang” itu sangat simple tapi mampu mengajak orang secara emosi dalam musiknya. Di dalam itu ada memberi semangat tidak lakukan itu (begadang) dan memberi dakwah juga,” kata sutradara film legendaria 'Cinta Dalam Sepotong Roti' itu.

Dalam film Rhoma Irama juga memunculkan ketokohan, bahwa seorang Rhoma Irama itu membawa melodi dan nada untuk berdakwah. Bahkan, hampir 10 film legendaris Rhoma mampu hidup di masyarakat dengan tegas membawa dakwah.

“Saya menonton 7-8 film Bung Rhoma dan ‘Satria Bergitar’ itu tidak seluruh musisi mampu melakukan simbolisasi seperti itu, termasuk musisi dunia. Dan Bung Rhoma memiliki simbolisasi itu,” kata dia.

Menurut Garin, dalam musik dan film Rhoma Irama ada sejarah dan jejak yang penting. Dari segi musik di sana ada jejak pertemuan musik dari berbagai kultur dari Barat hingga Timur Tengah dan Asia. Begitu juga dari sisi tinjauan film karyanya adalah salah satu karya dakwah yang sangat berhasil berkomunikasi dengan publik secara keseluruhan.

''Istilahnya dalam karya Bung Rhoma karya kreativ yang mampu hybrid (beragam). Dia mempertemukan banyak banyak hal,''ujarnya.

Khusus untuk Madani, anak muda yang bergabung dalam komunitas seni ini telah tiga kali mengadakan festival film untuk dakwah. Ajang mempertemukan antara Garin Nugroho dan Rhoma Irama dalam sebuah perbincangan melalui daring adalah dalam rangka menggaungkan festival film dakwah yang mereka gelar melalui virtual pada 20-25 Dember 2020. Republika pun berperan sebagai salah satu patnernya.

''Berbaga karya film, termasuk film pendek bertema dakwah dari berbagai negara akan kami. Misalnya karya-karya film pendek dari Afghanistan dan Thailand. Ini unik --terutama Afgahnistan-- karena di sana film itu sudah diedarkan karena terjadi situasi perang,'' kata Hikmat Darmawan, salah satu panitia Festival Film Madani.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement