IHRAM.CO.ID, WELLINGTON — Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menjanjikan bahwa akan ada pertanggungjawaban dari pemerintah terkait kasus serangan di dua masjid di Christchurch yang terjadi pada 15 Maret 2019.
Menurut laporan, pertanggungjawaban akan diberikan berdasarkan hasil penyelidikan dari pihak berwenang negara itu, Royal Commission, atas kasus serangan.
Ardern telah melakukan pertemuan selama lebih kurang dua jam dengan para korban dan keluarga yang terkena dampak dari insiden tersebut.
Laporan dari penyelidikan diberikan kepada para korban dan keluarga pada Sabtu (5/12). Ardern mengatakan tujuan pertemuan itu adalah untuk memungkinkan para korban menyampaikan hal-hal terkait laporan dan kekhawatiran apapun.
“Ada banyak hal yang perlu mereka pertimbangkan. Akan ada pertanggungjawaban dari Pemerintah Selandia Baru terkait temuan tersebut. Ini akan kami uraikan setelah secara lebih resmi dirilis,” ujar Ardern dalam sebuah pernyataan dilansir Stuff, Ahad (6/12).
Lebih lanjut, Ardern mengatakan akan ada beberapa hal yang perlu dilihat dan ditanggapi dengan segera. Sementara, hal terkait lainnya akan kembali dikerjakan secara lebih rinci, di mana itu membutuhkan lebih banyak waktu.
Ardern mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut terkait penyeldikan kasus serangan itu dalam pekan depan. Termasuk tentang apakah seorang menteri dalam kabinet pemerintahan Selandia Baru akan ditunjuk untuk mengawasi rekomendasi investigasi. “Ini adalah sesuatu yang saya angkat secara proaktif dengan komunitas,” jelas Ardern.
Pemuka Muslim dari Universitas Canterbury Canterbury, Ibrahim Abdelhalim, mengatakan sangat puas karena ada akhir yang baik untuk masa yang sangat sulit.
Saat insiden serangan terjadi, dia menjadi penceramah yang sedang menyampaikan khutbah di masjid Linwood Christchurch, salah satu yang menjadi target serangan.
“Kita perlu memberi pelajaran bagi seluruh dunia bahwa kami siap dan mampu serta cukup kuat untuk melindungi dan menyelamatkan negara kita,” kata Abdelhalim.
Abdelhalim meminta masyarakat terus melihat ke depan. Dia mengatakan negara memiliki tanggung jawab untuk belajar dari apa yang terjadi dan tak lupa berterima kasih kepada Ardern dan Pemerintah Selandia Baru atas dukungan terhadap komunitas Muslim.
“Kita perlu lebih memperhatikan generasi muda, mengoreksi mereka karena suatu hari mereka akan memimpin dunia,” jelas Abdelhalim.
Serangan di dua masjid di Christchurch dilakukan seorang pria bernama Brenton Tarrant pada 15 Maret 2019. Saat itu, ia menargetkan orang-orang yang akan melaksanakan ibadah sholat Jumat di masjid Al Noor dan Linwood dengan senjata api yang dibawanya.
Tarrant mengakui telah melakukan penembakan dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada Agustus lalu, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat atas 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan dan dakwaan melakukan tindakan teroris. Peristiwa ini telah mendorong diberlakukannya undang-undang yang melarang jenis senjata semi-otomatis paling mematikan.
Insiden serangan ini juga mendorong perubahan global pada protokol media sosial setelah Tarrant menyiarkan langsung serangan yang dilakukannya di dua masjid tersebut melalui Facebook.
Sebanyak 90 orang yang selamat dalam kejadian itu mengatakan selama persidangan kasus bahwa betapa mengerikan situasi yang mereka pernah hadapi dan mengaku merasa trauma hingga saat ini.