IHRAM.CO.ID,YERUSALEM -- Anak yang berusia sembilan tahun ini kehilangan penglihatannya setelah menerima tembakan di wajahnya oleh seorang perwira Israel awal tahun ini. Namun, pihak berwenang Israel telah membebaskan seorang polisi dari kesalahannya dalam kasus penembakan seorang anak laki-laki.
Anak laki-laki bernama Malik Eissa ini dikejutkan oleh sebuah tembakan amunisi berujung spons Februari lalu, yang menyebabkan ia kehilangan penglihatan di mata kirinya. Warga mengatakan dia baru saja turun dari bus sekolah di lingkungan Palestina di Issawiya Yerusalem Timur, ketika polisi melepaskan tembakan.
Pihak polisi membela diri dengan mengatakan pada saat itu pihaknya tengah menanggapi kerusuhan di lingkungan tersebut. Mereka juga mengklaim menggunakan senjata yang mereka sebut tidak mematikan.
Kementerian Kehakiman Israel dalam pernyataan yang dikirim ke The Associated Press mengatakan, unit penyelidikan internal polisi menyimpulkan meski insiden itu "menyedihkan," ada alasan yang tidak cukup untuk penuntutan terhadap oknum polisi itu. Kesimpulan ini diambil setelah mewawancarai saksi dan meninjau rekaman video dan bukti lainnya.
Dilansir di Arab News, Senin (7/12), polisi kala itu sedang melakukan operasi penangkapan dan diserang oleh sekelompok pelempar batu. Dikatakan juga para ahli medis tidak dapat menentukan apakah bocah itu terkena peluru atau batu.
Meski demikian, pihak kementerian menyatakan unit investigasi telah memerintahkan peninjauan perilaku operasional, termasuk penggunaan peluru berujung spons di wilayah sipil.
Ayah Malik, Wael Issa, memberi tahu AP jika keluarganya telah menjadi korban ketidakadilan dua kali. Kejadian pertama ketika bocah itu ditembak dan sekarang penyelidikan yang ditutup.
“Ketika anak saya ditembak, anggota unit investigasi datang ke rumah sakit. Mereka hampir menangis. Mereka mengatakan kepada saya, 'Jangan khawatir, mereka yang bertanggung jawab atas penembakan akan dimintai pertanggung jawaban',” katanya Tapi 10 bulan setelah melakukan penyelidikan, mereka memutuskan untuk menutup file tersebut.
Dia mengatakan bocah itu menderita sakit kepala terus-menerus dan masalah psikologis. Ia bahkan belum kembali ke sekolah karena operasi berulang dan rasa malu tentang penampilannya.
Sang putra akhirnya setuju untuk kembali ke sekolah dua minggu lalu setelah menerima kaca mata. Tapi ia kembali berhenti ke sekolah setelah beberapa hari karena ada insiden yang memalukan.
“Mata anak saya jatuh di depan para siswa. Dia merasa tidak enak. Sejujurnya, saya tidak percaya saya akan mendapatkan keadilan dalam sistem ini," lanjutnya.
Palestina dan kelompok hak asasi manusia Israel telah lama menuduh Israel menutupi kesalahan yang dilakukan pasukan keamanannya. B’tselem, kelompok hak asasi manusia terkemuka Israel, mengatakan kasus itu merupakan contoh pemutihan di tempat kerja.
"Setiap kasus individu diisolasi ke serangkaian detail teknis, seolah-olah ini adalah insiden tunggal, bukan kebijakan tembakan terbuka," katanya.
Mereka juga menuduh polisi melakukan operasi dalam wilayah populasi sipil yang tertindas untuk memaksakan pendudukan dan aneksasi. Tindakan ini menyebabkan jatuhnya korban sipil dan impunitas bagi yang merugikan mereka.
Issawiya adalah bagian dari Yerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967 bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Wilayah ini merupakan salah satu yang diinginkan Palestina untuk negara di masa depan.
Israel kemudian mencaplok Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui secara internasional dan memandang semua kota sebagai ibukotanya. Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
Issawiya sering menjadi lokasi penggerebekan polisi yang sering memicu demonstrasi atau bentrokan. Polisi menyalahkan kekerasan yang dilakukan pemuda setempat dan menuduh mereka melemparkan batu dan bom api ke kendaraan patroli.