IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah situs arkeologi di timur laut Spanyol mengungkap salah satu pemakaman Muslim tertua yang diketahui di negara itu. Di situs tersebut ditemukan 433 kuburan, yang beberapa berasal dari 100 tahun pertama penaklukkan Islam di Semenanjung Iberia.
Musim panas ini, para arkeolog menemukan kuburan kuno dari maqbara atau pekuburan Muslim di kota Tauste, di Lembah Ebro sekitar 25 mil (40 kilometer) barat laut Zaragoza. Kuburan kuno itu disebut berasal dari antara abad kedelapan dan 12.
Penemuan tersebut mengkonfirmasi bahwa wilayah tersebut, di sepanjang perbatasan antara dunia Islam dan Kristen yang berperang di awal Abad Pertengahan yang bergolak, pernah didominasi oleh penguasa Muslim. Namun kemudian, wilayah itu digantikan oleh penguasa Kristen dan sejarah Muslim dilupakan.
Sisa-sisa peninggalan di pekuburan itu menunjukkan bahwa orang mati dikuburkan sesuai dengan ritual pemakaman Muslim dan menunjukkan kota itu sebagian besar Islam selama ratusan tahun, meskipun tidak ada penyebutan fase ini dalam sejarah lokal.
"Jumlah orang yang terkubur di pekuburan dan waktu yang dihabiskan menunjukkan bahwa Tauste adalah kota penting di Lembah Ebro pada masa-masa Islam," kata arkeolog utama Eva Gimenez dari perusahaan warisan sejarah Paleoymas kepada Live Science, dilansir Kamis (17/12).
Gimenez dan perusahaan Paleoyms dikontrak untuk penggalian terbaru itu oleh Asosiasi Kebudayaan El Patiaz, yang didirikan oleh penduduk setempat pada 1999 untuk menyelidiki sejarah kota tersebut.
Penggalian awal mereka pada 2010 menunjukkan bahwa pekuburan Islam seluas 5 acre (2 hektar) di Tauste dapat menampung sisa-sisa hingga 4.500 orang. Tetapi, dana asosiasi yang terbatas membuat hanya 46 kuburan yang dapat digali dalam empat tahun pertama pengerjaan. Gimenez mengatakan, penemuan terbaru tersebut mengisyaratkan bahwa lebih banyak kuburan Muslim masih dapat ditemukan.
"Kami sekarang memiliki informasi yang menunjukkan bahwa ukuran nekropolis itu lebih besar dari yang diketahui," ujarnya.
Kuburan tersebut berasal dari masa ketika tentara Muslim dari Afrika Utara yang bersekutu dengan kekhalifahan Umayyah Islam di Damaskus menginvasi tempat yang sekarang Spanyol pada 711 M. Pada 718 M, mereka telah menaklukkan sebagian besar Semenanjung Iberia, sekarang Spanyol dan Portugal, kecuali untuk beberapa daerah pegunungan di barat laut yang tetap menjadi kerajaan Kristen independen.
Para penjajah Muslim, yang disebut "Moor" oleh orang-orang Kristen, kemudian berusaha untuk menaklukkan Gaul, sekarang Prancis. Akan tetapi, mereka dipukul mundur, pertama pada Pertempuran Toulouse pada 721 dan kemudian pada Pertempuran Tours pada 732, di mana mereka dikalahkan oleh sebuah tentara Frank yang lebih kecil yang dipimpin oleh bangsawan Charles Martel. Dikatakan bahwa penggunaan kavaleri berat kaum Frank memainkan peran yang menentukan dalam pertempuran tersebut.
Setelah itu, para pemimpin Muslim menetapkan pemerintahan mereka di selatan Barcelona dan Pyrenees, pegunungan yang membelah Spanyol dan Prancis. Namun, Lembah Ebro di sekitar Zaragoza tetap berada di tangan Muslim.
Wilayah yang diperintah Muslim kemudian dikenal sebagai al-Andalus, dengan bagian "Andal" mungkin dari nama Vandal yang telah ditaklukkan Muslim. Muslim mencapai puncak budayanya sekitar abad ke-10 dengan kemajuan dalam matematika, astronomi, dan kedokteran.
Dalam beberapa hal, rezim Islam itu relatif jinak. Orang Yahudi dan Kristen diizinkan untuk menjalankan agama mereka jika mereka memilih untuk tidak masuk Islam, tetapi mereka membayar pajak tambahan, yang disebut jizya, dan diperlakukan sebagai kelas sosial yang lebih rendah daripada Muslim.