Selasa 22 Dec 2020 13:30 WIB

Mayoritas Perusahaan Arab Saudi tak PHK Pekerja

Mayoritas Perusahaan Arab Saudi tak PHK Pekerja saat pandemi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Mayoritas Perusahaan Arab Saudi tak PHK Pekerja . Foto: Bendera Arab Saudi.
Foto: Eurosport
Mayoritas Perusahaan Arab Saudi tak PHK Pekerja . Foto: Bendera Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID,RIYADH -- Menjelang akhir tahun 2020, dampak pandemi virus Covid-19 di pasar kerja GCC telah terungkap. Dalam panduan gaji KSA dan UEA 2021, firma penasihat SDM dan rekrutmen Cooper Fitch menunjukkan seberapa banyak pasar kerja yang terganggu tahun ini, termasuk perusahaan yang terpaksa menunda keputusan mempekerjakan staf baru dan memberikan bonus serta kenaikan gaji.

Terlepas dari tingkat ketidakpastian pasar yang terus-menerus dalam posisi tinggi, lebih sedikit perusahaan dari yang diperkirakan melakukan pemutusan hubungan kerja pada tahun 2020. Kisaran gaji pokok dan sasaran kinerja ternyata tidak mengalami perubahan.

Baca Juga

CEO dan pendiri Cooper Fitch, Trefor Murphy, mengatakan temuan utama dari panduan gaji adalah tingkat ketidakpastian yang terus tinggi di antara bisnis. Tren ini diprediksi akan berlanjut hingga faktor-faktor yang berdampak negatif terhadap pasar secara bertahap membaik sepanjang tahun 2021.

"Banyak perusahaan yang kami survei memiliki beberapa keputusan besar yang harus dibuat pada awal 2021. Sebagian besar belum memutuskan apakah mereka akan menerapkan kenaikan gaji yang pantas untuk staf tahun depan atau membayar bonus yang telah disepakati untuk tahun 2020,” katanya dilansir di Arab News, Selasa (22/12).

Murphy lantas menyebut pihaknya memberikan saran untuk membuat keputusan anggaran tersebut saat ini. Hal ini dinilai memberi organisasi kejelasan sebanyak mungkin tentang bagaimana operasionalnya akan berfungsi saat memasuki tahun baru.

Meski demikian, Murphy juga mengatakan terlepas dari tantangan lokal dan nasional, Cooper Fitch percaya jika KSA dan UEA memiliki pasar yang sangat tangguh dengan kekuatan untuk bangkit kembali.

"Kami juga memiliki prospek vaksin Covid-19, yang selanjutnya akan memperkuat sentimen bisnis dan konsumen yang berdampak positif pada pasar rekrutmen pada 2021,” lanjutnya.

Panduan gaji yang ada mengungkapkan bahwa lebih dari seperempat organisasi yang diwawancarai mengatakan tidak ada perubahan pada praktik perekrutan mereka di tahun 2020. Mereka bahkan masih merekrut pegawai baru untuk posisi pengganti.

Lebih dari setengah organisasi yang diwawancarai juga mengatakan aktivitas bisnis sedang sibuk atau mulai meningkat pada kuartal keempat tahun 2020. Hal ini menunjukkan kebangkitan dalam sentimen dan pertumbuhan menjelang tahun baru.

Temuan utama dari pasar KSA menunjukkan 79 persen perusahaan tidak melakukan redundansi pada tahun 2020. 56 persen mengatakan bisnis sedang sibuk atau mulai meningkat pada Q4 dan 23 persen mengatakan mereka telah menerapkan pembekuan perekrutan di semua posisi pada tahun 2020.

Hasil survei tersebut juga menemukan 22 persen responden mengira hanya peran penting yang akan diganti, 37 persen mengatakan mereka akan menerapkan kenaikan gaji yang pantas untuk staf pada tahun 2021, sementara 41 persen perusahaan mengatakan mereka akan membayar bonus untuk tahun 2020.

Namun, 24 persen responden mengatakan mereka ragu-ragu, sementara 34 persen mengatakan mereka hanya akan membayar sebagian atau tidak sama sekali. Lebih dari sepertiga (35 persen) mengatakan tidak akan ada perubahan pada gaji staf yang ada pada tahun 2021.

Sebagian besar perusahaan KSA mengatakan mereka akan menaikkan gaji pada tahun 2021, tetapi banyak yang tidak yakin. Persentase yang lebih besar belum memutuskan apakah akan membayar bonus tahun 2020.

Prioritas responden untuk tahun depan adalah menyelesaikan anggaran 2021 dan membuat keputusan bonus. Hasil survei juga menunjukkan perusahaan akan melakukan perencanaan kontinjensi dan perencanaan tenaga kerja, yang berarti merekrut staf baru dan mengatasi kesenjangan keterampilan.

Baik di UEA dan KSA, perusahaan teknologi, penasihat dan jasa keuangan menunjukkan kinerja terkuat di tengah tantangan 2020. Sementara itu sektor real estat dan publik disebut paling merasa kesulitan. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement