Jumat 01 Jan 2021 16:39 WIB

Hajar Aswad Pelengkap Kemulian Ka'bah

Kemulian mencium Ka'bah

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Subarkah
Hajar Aswad dibersihkan dan diberi minyak wangi.
Foto: Al Arabiya
Hajar Aswad dibersihkan dan diberi minyak wangi.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab Ihya Ulumz-id-Dien Imam Ghazali mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

"Allah Azza Wa Jalla menjanjikan bahwa setiap tahun akan datang ke Baitullah orang berhaji sebanyak 600 ribu. Apabila kurang dari itu, Allah SWT akan menggenapkannya dengan para malaikatnya. Dan sesungguhnya Ka'bah akan dibangkitkan pada hari kiamat dihiasi dengan keindahan seperti pengantin wanita yang amat cantik, dan orang yang berhaji akan sibuk menutupinya dengan pakaian seraya berjalan di sekelilingnya sampai kamar masuk surga, lalu mereka pun masuk ke surga bersamanya."

Kabah memili bagian yang sering diburu para jamaah haji dan umrah yakni batu Hajar Aswad. Batu ini menjadi pelengkap bangunan dan juga kemulian Kabah.

Di dalam sebuah hadits disebutkan, "Hajar Aswad adalah salah satu dari batu-batu yakut surgawi dan ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan dua mata penglihatan dan mulut, dan dengan mulut itu ia berbicara. Ia akan menjadi saksi bagi setiap orang yang memberi istilam (menghormatinya), bersaksi dengan hak dan kebenaran."

Imam Ghazali mengatakan, bahwa Nabi SAW diriwayatkan sangat Sering mencium Hajar Aswad. Begitu mulianya hajar Aswad, sampai-sampai Nabi harus menciumnya meskipun tidak menciumnya secara langsung.

Kata Imam Ghazali, ada riwayat bahwa Nabi SAW suka bersujud di atasnya dan melakukan tawaf di atas kendaraan. Lalu beliau memegang tongkat dan menempelkannya di atas Hajar Aswad, dan kemudian beliau mencium ujung tongkat tersebut.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Asrar-al Haj mengatakan At-Tirmidzi meriwayatkan dan menyahihkan hadis ini.Begitu juga An-Nasa'i keduanya meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Abbas. 

"Hajar Aswad berasal dari surga adalah redaksi dalam riwayat An Nasa'i. Sedangkan sisanya diriwayatkan oleh at-tirmidzi dan dipandang sebagai hadis hasan olehnya, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al-hakim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement