Sementara hingga saat ini, tahu dan tempe masih hilang di pasaran, bahkan di sejumlah pasar tradisional lapak pedagang tahu dan tempe tutup. Tidak seorang pun pedagang yang berjualan meski mogok produsen tahu dan tempe selama tiga hari sejak 1 Januari.
"Pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak 1 Januari sampai hari ini, karena produsen tahu dan tempe masih mogok berproduksi. Sehingga sebagian besar pedagang di pasar yang ada di Cianjur, tidak mendapat stok karena produsen masih mogok," katanya.
Sedangkan Adi Suardi produsen tahu di Kecamatan Cianjur, mengatakan masih menyesuaikan ukuran dan harga untuk tahu yang akan diproduksi karena kenaikan harga bahan baku mencapai Rp 9000 per kilogram, membuatnya harus memutar otak agar tidak mengalami kerugian dan tidak memberatkan pembeli.
"Rencana baru malam ini, kembali berproduksi setelah menyesuaikan ukuran dan kenaikan harga jual ke pengencer. Harapan kami pemerintah dapat mencarikan solusi agar harga kedelai tidak melambung tinggi," katanya.