Sementara Greener Capital, menyelesaikan pengajuan fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar AS yang akan digunakan sebagai pendanaan untuk ekspansi portofolio data centernya.
Itu sejatinya belum termasuk dengan beragam kesepakatan-kesepakatan bisnis raksasa sekaligus konglomerasi lain terkait proyek pengembangan data center yang diam-diam menjadi fokus banyak perusahaan multinasional.
Hal ini menunjukkan bahwa bisnis data center meski senyap namun memegang peran yang amat sangat signifikan mengingat dunia telah memasuki era transformasi digital yang jelas memerlukan ruang penyimpanan tak terbatas bernama data center.
Sebagaimana disampaikan Tony Bishop, Senior Vice President, Platform di Digital Realty, yang menyebut bahwa pandemi COVID-19 mengakselerasi peluang bisnis data center lebih lagi. Dengan perubahan pola kerja yang tiba-tiba menjadi “remote work” atau WFH, semua melihat peningkatan ketergantungan perusahaan pada cloud computing atau komputasi awan.
Maka untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang dibutuhkan saat ini, investasi data center tumbuh di area di mana mereka dapat berada di dekat hub besar untuk perusahaan teknologi dan cloud dan lebih dekat ke tempat pertukaran data.
Bank ekonomi
Pergeseran ke arah konsumsi digital saat ini diperkirakan kemungkinan besar akan tetap ada, sebagaimana laporan terbaru yang dilansir dari Google, Temasek Holdings, dan Bain & Company.
Meski sejatinya sebelum pandemi, ekonomi digital juga telah menjadi kekuatan yang patut untuk diperhitungkan.
Potensinya diperkirakan akan terus melonjak hingga mencapai 300 miliar dolar AS pada 2025, seperti dilansir e-Conomy SEA 2019.
Lebih jauh lagi ekonomi digital Asia Tenggara diperkirakan akan berkembang dengan cepat menjadi pembangkit tenaga teknologi global berikutnya dan ini diprediksikan akan terus berlanjut meskipun ada kendala global yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.