Rabu 13 Jan 2021 19:56 WIB

Masyarakat Istanbul Khawatir Kehilangan Ciri Semsi Pasha

Masyarakat Istanbul Khawatir Kehilangan Ciri Masjid Semsi Pasha.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
  Masyarakat Istanbul Khawatir Kehilangan Ciri Semsi Pasha. Foto:     Alun-alun kosong di depan Masjid Ortakoy dan Jembatan Martir 15 Juli dekat Bosphorus selama penguncian di Istanbul, Turki, 06 Desember 2020. Turki memberlakukan jam malam pada hari kerja dan penguncian penuh selama akhir pekan untuk memerangi penyebaran virus corona, setelah lonjakan baru-baru ini di Infeksi Covid-19 dan kematian terkait.
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Masyarakat Istanbul Khawatir Kehilangan Ciri Semsi Pasha. Foto: Alun-alun kosong di depan Masjid Ortakoy dan Jembatan Martir 15 Juli dekat Bosphorus selama penguncian di Istanbul, Turki, 06 Desember 2020. Turki memberlakukan jam malam pada hari kerja dan penguncian penuh selama akhir pekan untuk memerangi penyebaran virus corona, setelah lonjakan baru-baru ini di Infeksi Covid-19 dan kematian terkait.

IHRAM.CO.ID,ANKARA -- Pemerintah kota telah memulai kembali pembangunan jalur pejalan kaki di Masjid Semsi Pasa, Istanbul setelah protes publik menghentikannya. Masyarakat khawatir pembangunan itu akan menghilangkan ciri khas masjid.

Masjid ini terkenal karena posisinya, karena terletak tepat di garis pantai sejak pembangunannya lebih dari 440 tahun yang lalu. Bangunan unik ini menjadi pusat perdebatan sengit di Istanbul. Warga, sejarawan, dan arsitek khawatir bahwa upaya konstruksi baru mengancam fitur unik masjid, mengubah lanskap kota Istanbul, dan warisan arsitek ahli Utsmaniyah Mimar Sinan, yang merancangnya.

Baca Juga

Pada 9 Januari 2021, video pekerja konstruksi yang sedang meletakkan balok baja yang memanjang dari dinding masjid menuju laut, mulai beredar di media sosial dengan tagar #SemsiPasaCamiineDokunma, "Jangan sentuh Masjid Semsi Pasa".

Pemerintah kota Istanbul mulai membangun trotoar yang membentang dari masjid beberapa meter ke arah laut, dan pengamat mengkhawatirkan implikasinya.

"Selama lebih dari 400 tahun setelah (kematian) Arsitek Sinan, telah ada upaya untuk menjaga kualitas tepi laut dari masjid ini," kata seorang mahasiswa pascasarjana sosiologi dari Istanbul, Nurefsan dilansir dari laman TRT World pada Rabu (13/1).

"Sekarang, ini akan menghilang atas nama 'membuat jalur pejalan kaki'. Saat ini, sebagian besar bangunan tidak memiliki kualitas estetika. Jika kami tidak dapat melindungi situs bersejarah kami, kami akan benar-benar kehilangan esensi kota," lanjut dia.

Rencana pembangunan sebenarnya bukanlah hal baru. Meskipun ada keberatan dari sejarawan, arsitek, dan penduduk setempat, pada 2016 pimpinan Partai AK Metropolitan Municipality telah merencanakan untuk mengisi garis pantai dekat masjid sebagai bagian dari Proyek Uskudar. Kemudian proyek ini segera dihentikan pada 2017, setelah protes publik dan pemasangan pondasi tiang pancang meretakkan dinding masjid.

Selanjutnya sebuah proyek revisi yang memperpendek panjang jalur pejalan kaki asli telah disetujui oleh kepemimpinan baru Partai Rakyat Republik (CHP) Metropolitical Municipality pada Januari 2020, memicu kontroversi daring. Pimpinan Istanbul yang baru menyatakan, mereka akan melanjutkan proyek tersebut, meskipun dengan struktur yang tidak akan merusak masjid dengan cara serupa.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Direktorat Jenderal Yayasan, Burhan Ersoy, mengkritik pencabutan kembali proyek jalur pejalan kaki dalam sebuah tweet. Dia menyerukan agar proyek tersebut dihentikan, dan mengancam akan memulai proses hukum kecuali jika dihentikan.

"Masjid Semsi Pasa adalah warisan semua orang, dan konteksnya terletak di sebelah laut… (ini) istimewa dan harus dilindungi," kata seorang warga yang bekerja di bidang arsitektur, Zeynep Sanli Ikbal.

"(Ini menawarkan) pengalaman damai dan spiritual yang langka, dan koneksi langsung ke laut akan rusak (dengan jalan setapak)," lanjut dia.

Di samping itu, Ikbal juga memulai kampanye Change.org dengan seorang teman untuk menekan pengambil keputusan agar menghentikan pembangunan. Kampanye tersebut memiliki lebih dari 1.300 tanda tangan pada saat diterbitkan.

"Bangunan di Bosporus berada dalam kategori khusus. Ini tidak seperti Dubai di mana Anda mengklaim tanah di atas air. Kita harus memiliki model pembangunan kota cerdas kita sendiri dan memahami lapisan-lapisan warisan dan bagaimana bekerja dengannya," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement