Jumat 15 Jan 2021 09:27 WIB

Trauma dan Penyakit Mental Kerap Dirasakan Pengungsi Suriah

Kesehatan mental dan fisik sangat bergantung satu sama lain.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Para pengungsi Suriah di kamp perbatasan dengan Lebanon sangat menderit di musim dingin.
Foto:

Beberapa penelitian menegaskan adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental. Mereka mencoba meringankan gejala depresi dengan merawat pasien menggunakan obat anti inflamasi umum, aspirin. Ini akan menjadi perawatan yang murah dan mudah diakses. Namun, hasilnya beragam dan perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Ketika penelitian mencoba menemukan pengobatan untuk mengobati kesehatan mental, etnis dan budaya menjadi hambatan. Aminah tidak asing dengan kendala ini. Dia ingat stigma yang dia alami saat mencari bantuan.

“Mereka (pengungsi lain) menyebut Anda gila dan jika Anda mencoba menemui psikiater, mereka akan mengatakan Anda pergi ke dokter yang merawat orang gila,” kata Amina. Dia menambahkan perawatan yang dia terima melalui Agensi Pekerjaan dan Pemulihan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat atau UNRWA sangat minim dan tidak selalu mencakup semua kondisinya. Kerap kali, Amina berjuang untuk membeli obat.

Meski begitu, Amina menemukan kenyamanan di komunitasnya, kebaikan dari beberapa tetangganya serta dari kelompok sukarelawan. Mereka membantu Amina melalui sumbangan makanan dan kegiatan. Menurut Amina, yang paling dia butuhkan adalah kesadaran, penerimaan, dan dukungan kepada mereka yang memiliki masalah kesehatan mental.

“Kami sangat membutuhkan pendidik dan konselor untuk datang berbicara dengan orang-orang dan menunjukkan kepada mereka bahwa itu normal. Selain itu, perlu mencari bantuan untuk mengatasi penyakit mental,” ujar dia. Yang jelas, orang-orang perlu berdiri bersama dan saling membantu untuk menyembuhkan.

LSM bantuan makanan dan kelaparan, FoodBlessed, yang berbasis di Beirut membawa lebih dari sekadar makanan saat mengunjungi kamp. Salah seorang relawan, Nour Abdulrida menyebut dia dan timnya biasanya membawa makanan untuk dimasak di lokasi, makan bersama, dan bermain dengan anak-anak.

“Kami yakin makan tidak akan mengakhiri kemiskinan mereka. Tapi membangun hubungan, menunjukkan kepada mereka bahwa kita peduli, itu hal yang utama,” ucap Nour.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement