Rabu 20 Jan 2021 04:50 WIB

Kisah Empat Orang Beda Keyakinan Tinggal dalam Satu Atap

Empat orang berbeda agama akan tinggal dalam satu atap demi sebuah penelitian

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Tokoh Agama (ilustrasi)
Foto:

Sepanjang tahun, para peserta mengadakan lebih dari 30 program yang mencakup pemutaran film dokumenter melalui Zoom tentang hari doa binasional di perbatasan AS-Meksiko di San Diego dengan para pemimpin Muslim dan Kristen, acara feminisme multi-agama virtual untuk menghormati Shavuot, hari libur Yahudi yang merayakan kebijaksanaan, dengan begadang sepanjang malam untuk belajar, dan serial bincang-bincang artis online yang menampilkan wanita kulit berwarna dan bagaimana spiritualitas memengaruhi pekerjaan mereka.

Selain menjadi tuan rumah acara ini, tinggal serumah juga memungkinkan mereka untuk melakukan percakapan yang bernuansa tentang isu-isu yang ada di sekitar. Mereka mengatakan sering berbicara tentang cara terbaik menjaga keselamatan satu sama lain selama pandemi, seperti bagaimana orang kulit hitam untuk hidup melalui pergolakan sosial yang mereka alami, dan bagaimana orang Muslim dan Yahudi menghadapi Islamofobia dan anti-Semitisme. Ras dan agama dan penindasan agama adalah masalah umum yang kerap menjadi bahan diskusi.

Bagi Simcosky, menjadi sekutu bagi orang-orang yang berbeda agama dan ras harus menjadi ekspresi kepedulian yang autentik terhadap komunitas. "Itu datang melalui kedekatan dan melalui berbagi semua pengalaman ini, dan melalui keingintahuan untuk mempelajari apa yang menantang,” katanya.

Sedangkan menurut Khan, percakapan itu menjadi pengingat untuk tidak berasumsi dan hanya mendengarkan. "Kami harus benar-benar hadir dan benar-benar mendengarkan satu sama lain,” katanya.

Bagi Mansour, penting bahwa keyakinan Baha'i, yang biasanya tidak termasuk dalam karya lintas agama, menjadi bagian dari persekutuan. Itulah mengapa penting bagi Mansour untuk memperkuat suara dari agama lain yang tidak terwakili dalam persekutuan, seperti layanan tanpa pamrih dari komunitas Sikh, yang disorot oleh rekan-rekan melalui pemutaran film dokumenter.

Rumah Abraham membantu mereka menyadari pentingnya menjelaskan keyakinan agama mereka secara lebih terbuka dengan orang lain. Hal ini disadari oleh Cohen, yang mengaku menjadi sadar betapa dia dahulu telah menyembunyikan keyahudiannya karena khawatir ada banyak ketakutan, kebencian yang menyertainya.

Khan mengatakan Rumah Abraham membantu memperdalam hubungannya dengan keyakinannya sendiri. Sekarang, dia merasa lebih nyaman berbagi praktik keagamaannya dengan orang-orang di sekitarnya, yang sebagian besar bukan Muslim.

“Saya merasa seperti saya percaya diri tentang berbagi praktik yang lebih spesifik dengan orang lain,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement