IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pintu tua Najd terkenal dengan dekorasinya yang kaya. Pintu terinspirasi oleh alam dan mewakili budaya dan akar yang dalam dari wilayah pusat Saudi. Ini adalah bagian penting dari rumah keluarga dan titik fokus bagi penghuni dan tamu mereka.
Dekorasi yang dibuat oleh masyarakat Najd terinspirasi dari tanaman dan pepohonan di daerah itu. Mereka mengecatnya dengan warna akasia dan bijinya, serta delima, agar lebih cerah.
Dekorasi ini merupakan suguhan budaya bagi para tamu, yang menikmati keindahan pintu, ukiran, dan warnanya.
Sejarawan Mohammed Al-Suwaih mengatakan bahwa dekorasi Najd telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
"Anda menemukan bahwa ayah dan kakek adalah tukang kayu. Para pembangun juga mewariskan profesinya ke generasi berikutnya,"ujar dia dilansir arabnews.com.
Dulu dekorasi Najdi terinspirasi dari lingkungan sekitar masyarakat. Bentuknya terinspirasi oleh tanaman dan bunga liar, daun palem, karena berlimpah, matahari dan sinarnya, dan gunung, yang digambarkan sebagai segitiga dan diukir di pintu.
Beberapa pintu didekorasi dengan mewah dan penuh hiasan. Ini termasuk pintu majlis (ruang untuk menerima tamu), pintu masuk utama, dan pintu yang memisahkan majelis dan bagian rumah lainnya.
Arsitektur mengerahkan bakat artistik penuh mereka saat mengerjakan majelis karena bidang budaya yang menerima tamu. Semakin banyak dekorasi majelis, semakin kaya dan semakin berpengaruh pemiliknya.
Namun, tidak banyak majlis yang dihias. Al-Suwaih mengatakan, rata-rata orang memiliki majelis sederhana yang dibangun berbentuk segitiga karena sulit bagi setiap orang untuk memiliki pintu dan bangunan yang mewah.
“Ada lebih dari 30 jenis pintu hias yang berbeda menurut tempatnya. Misalnya, Unaizah memiliki identitasnya sendiri, begitu pula Riyadh, Sudair, Buraidah, dan lainnya.
,"ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa setiap kota memiliki seorang grand master yang mengkhususkan diri pada seni ini. Mereka yang mengenal seni ini mengetahui latar belakang budaya sebuah pintu sejak pertama kali melihatnya.
Pintu seperti itu digunakan untuk diperdagangkan dan masih diminati hingga hari ini. Dia mengatakan bahwa orang yang mendekorasi dinding berbeda dengan orang yang mendekorasi pintu.
“Masing-masing memiliki metode, gaya, dan warnanya sendiri. Pintu-pintu Najdi dibedakan dari pintu kota-kota Saudi lainnya karena termasuk dekorasi dan ukiran serta warna, bakat estetika. ”
Dekorasi pintu Najd dikenal dengan perpotongan garis, cincin bagian dalam, dan segitiga. Pintu depan rumah mencantumkan nama, tanggal, beberapa ungkapan pujian, terima kasih kepada Tuhan, dan doa untuk Nabi Muhammad. Tanggal akan ditambahkan ke pintu dan majelis, dan beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang.
Diantara pintu yang dihias tersebut terdapat pintu “kamer” yang dibangun dalam bentuk dua pintu kecil. Beberapa di antaranya hanya didekorasi di satu sisi, sementara yang lain didekorasi di kedua sisi.
Demikian pula, pintu yang memisahkan rumah dari majelis memiliki dua panel, dan biasanya didekorasi di kedua sisi untuk penghuni maupun tamu.
Ia menjelaskan, ada jenis ragam hias yang tersebar di Najdi, di antaranya hadaire. Rancangan ini berupa segitiga sebagai ornamen yang ditempatkan pada eksterior rumah berbentuk melingkar yang menutupi seluruh bagian rumah.
Bagian atas segitiga ini mengarah ke bawah dan berkontribusi pada aliran air secara efisien sehingga tidak mempengaruhi ketahanan dinding. Jenis dekorasi lainnya adalah “lahj,” yang terdiri dari segitiga yang diukir di dinding untuk membuat jendela yang diatur sedemikian rupa sehingga mengontrol masuknya cahaya dan keluarnya asap saat kayu dibakar untuk pemanas dan memasak. Ini juga digunakan untuk penyimpanan.
Al-Suwaih menambahkan bahwa seorang pembangun akan mengulang segitiga, kotak, dan garis, dan lingkaran tersebut akan tumpang tindih hingga ada dekorasi yang estetis.
"Arsitektur menyukai motif tumbuhan dan geometris dan menghindari motif manusia dan hewan karena kepercayaan agama. Dekorasi yang paling terkenal adalah perpotongan lingkaran berbentuk bunga. Bintang juga digunakan. Warna yang paling disukai adalah hijau, ungu, merah tua, dan kuning, dan warnanya cerah dan diambil dari pohon - hijau dari akasia dan kuning dari buah akasia," ujar dia.
Al-Suwaih menjelaskan, seiring berjalannya waktu, serbuk yang didatangkan dari luar negeri dicampur dengan beberapa bahan lokal, seperti molase, kulit delima, dan gula untuk melindungi warna pintu dan membuatnya lebih cerah. Delima dimasak berjam-jam sampai akhirnya digunakan sebagai perekat warna-warna ini.
Hiasan pada pintu merupakan elemen budaya untuk dinikmati para tamu dan menghindari kebosanan. Seolah-olah para tamu sedang mendengarkan lagu, membaca puisi, atau melihat lukisan. Para tamu akan merasa diterima, menikmati estetika, dan merasa santai.